Minggu, 28 November 2010

“Mapping the Subject” part 2


Membangun teori keyakinan dari teori
yang pernah ada

Oleh : Fahrorozi

Lanjutan dari postingan sebelumnya mengenai toeri dari seorang pemikir masalah, kali
ini akna saya bagikan tentang masalah yang sebenarnya itu bukan masalah, <lho???> apa
maksudnya?. Berawal dari seorang manusia yang mempunyai daya keingin tahuan yang
tinggi muncullah suatu pemikiran tentang objek yang menurutnya belum pernah orang
llain ketahui, berharap bias memecahkan suatu persoalan yang kasat dari mata atau
penalaran pemikiran orang lain.
<bingung ea???>
Hahahaha……..
Gini, . . .
Sebagai contoh, kita pernah mengenal atau mungkin mendengar tentang seorang ilmnuan
atau pencetus suatu ilmu, missal teori Charles Darwin yang menyatakan bahwa
kehidupan manusia itu berawal dari <….> apa hayo? Tahu enggag? Pasti hamper semua
orang pada tahu?> iya bukan?

Nah ,…..
Yang seperti itu yang akan saya bahas nanti pada postingan kali ini,….
Sebelumnya saya bahas dulu tentang objek pembahasanya dulu dah, yaitu tentang teori
evolusi. Apakah teori evolusi itu? Bagaimana pandangan islam tentang hal tersebut?
Bagaimana pula pandangan agama lain tentang teori trsebut? Adakah kesamaan? Atau
justru menimbulkan suatu kesimpulan yang sama?
Oke kita bahas sekarang,……….
Cekidot !!!

Masalah penciptaan manusia termasuk salah satu pembahasan kuno yang mungkin telah
mendapat perhatian dari sejak manusia itu diciptakan. Dengan menilik kitab-kitab
samawi beberapa agama seperti agama Yahudi, Kristen, dan Islam, kekunoan
pembahasan dapat kita lihat dengan jelas. Makalah ini ingin mengupas sebuah
pembahasan komparatif antara ayat-ayat kitab samawi yang menyinggung penciptaan
manusia dan teori evolusi. Dengan kata lain, perbandingan antara keyakinan para ahli
tafsir dan pengetahuan yang diyakini oleh para ilmuwan ilmu alam tentang tata cara
penciptaan manusia. Akan tetapi, kejelasan tentang masalah ini bergantung pada
penjelasan yang benar tentang teori pemikiran ini, dan juga pada pemaparan latar
belakang sejarah dan sikap-sikap yang pernah diambil dalam menanggapinya. Tujuan asli
tulisan ini adalah kita ingin menemukan sumber kehidupan manusia. Apakah seluruh
jenis binatang dan tumbuh-tumbuhan muncul dengan bentuk seperti ini dan dengan
karakteristik dan keistimewaan yang independen dari sejak awal mereka diciptakan, dan
lalu mereka juga berkembang biak dengan dengan cara yang sama? Ataukah seluruh
binatang dan tumbuh-tumbuhan itu berasal dari spesies (naw‘) yang sangat sederhana dan
hina, lalu mereka mengalami perubahan bentuk lantaran faktor lingkungan dan natural
yang beraneka ragam, dan setelah itu mereka memperoleh bentuk yang lebih sempurna
dengan gerakan yang bersifat gradual sehingga memiliki bentuk seperti sekarang ini?
Teori pertama dikenal dengan nama teori Fixisme dan diyakini oleh para pemikir pada
masa-masa terdahulu. Sedang teori kedua dikenal dengan nama teori Transformisme dan
diterima oleh para ilmuwan dari sejak abad ke-19 Masehi.
Teori pertama meyakini adanya aneka ragam spesies makhluk yang bersifat independen;
artinya manusia berasal dari manusia dan seluruh binatang yang lain juga berasal dari
spesies mereka masing-masing. Akan tetapi, teori kedua beranggapan bahwa penciptaan
spesies-spesies yang ada sekarang ini berasal dari makhluk dan spesies-spesies yang
berbeda.

Para ilmuwan berkeyakinan bahwa teori Evolusi alam natural paling tidak seusia dengan
masa para filosof Yunani.[1] Sebagai contoh, Heraclitus meyakini bahwa segala sesuatu
senantiasa mengalami proses dan evolusi. Ia menegaskan, “Kita harus ketahui bersama
bahwa segala sesuatu pasti mengalami peperangan, dan peperangan ini adalah sebuah
keadilan. Segala sesuatu terwujud lantaran peperangan ini, dan setelah itu akan sirna.”[2]
Segala sesuatu selalu berubah dan tidak ada suatu realita yang diam. Ketika
membandingkan antara fenomena-fenomena alam dengan sebuah aliran air sungai, ia
berkata, “Kalian tidak dapat menginjakkan kaki dalam satu sungai sebanyak dua kali.”[3]
Mungkin filosof pertama yang mengklaim teori Transformisme (perubahan gradual
karakteristik dan spesies seluruh makhluk hidup) adalah Anaximander. Ia adalah filosof
kedua aliran Malthy setelah Thales. Ia beryakinan bahwa elemen utama segala sesuatu
adalah substansi (jawhar) yang tak berbatas, azali, dan supra zaman. Anaximander juga
berkeyakinan bahwa kehidupan ini berasal dari laut dan bentuk seluruh binatang seperti
yang kita lihat sekarang ini terwujud lantaran proses adaptasi dengan lingkungan hidup.
Manusia pada mulanya lahir dan terwujud dari spesies binatang lain. Hal ini lantaran
binatang-binatang yang lain dapat menemukan sumber makanannya dengan cepat. Akan
tetapi, hanya manusia sajalah yang memerlukan masa yang sangat panjang untuk
menyusu pada ibu yang telah melahirkannya. Jika manusia memiliki bentuk seperti yang
dapat kita lihat sekarang ini sejak dari permulaan, niscaya ia tidak akan dapat bertahan
hidup.[4]

Meskipun teori Evolusi memiliki masa lalu yang sangat panjang, tetapi teori ini tidak
memperoleh perhatian yang semestinya dari para ilmuwan selama masa yang sangat
panjang. Dengan kemunculan para ilmuwan seperti Lamarck, Charles Robert Darwin,
dan para ilmuwan yang lain, teori ini sedikit banyak telah berhasil menemukan posisi
ilmiah yang semestinya.
Di penghujung abad ke-18 dan permulaan abad ke-19, seorang ilmuwan ilmu alam
berkebangsaan Prancis yang bernama Cuvier melontarkan sebuah teori tentang
penciptaan makhluk hidup. Ia berkeyakinan bahwa makhluk hidup muncul selama masa
yang beraneka ragam dalam tataran geologi. Lantaran revolusi-revolusi besar dan tibatiba
yang pernah terjadi di permukaan bumi, seluruh makhluk hidup itu musnah. Setelah
itu, Tuhan menciptakan kelompok binatang baru dalam bentuk yang lebih sempurna.
Periode-periode makhluk selanjutnya juga muncul dengan cara yang serupa. Teori ini
dalam ilmu Geologi dikenal dengan nama Catastrophisme; yaitu revolusi besar di
permukaan bumi. Ia mengingkari seluruh jenis hubungan kefamilian antara makhluk
hidup pada masa kini dan makhluk-makhluk yang pernah hidup sebelumnya. Ia meyakini
teori Fixisme.

Pada masa kehidupan Cuvier, para ilmuwan seperti Buffon sang zoolog, Lamarck, dan
akhirnya Darwin, muncul dalam arena teori Evolusi. Meskipun Buffon hanya mampu
meyakini bahwa evolusi makhluk hidup hanya bersifat eksternal, tetapi Lamarck dan
lebih hebat darinya, Darwin mampu membuka sebuah posisi ilmiah baru bagi teori ini.
Ketika menjelaskan realita ini, Dampyer menulis, “Teori pertama yang sangat mengena
dan begitu logis adalah teori Lamarck (1744 – 1829 M.). Ia menekankan bahwa faktor
evolusi (makhluk hidup) adalah perubahan-perubahan menumpuk (accumulated
transformations) yang disebabkan oleh faktor lingkungan hidup dan dimiliki oleh setiap
makhluk hidup dengan cara warisan. Menurut Buffon, pengaruh perubahan lingkungan
hidup terhadap komposisi seseorang sangat minimal. Tetapi Lamarck berkeyakinan
bahwa jika perubahan-perubahan yang diperlukan dalam tindakan bersifat permanen,
maka seluruh perubahan itu akan mengubah seluruh anggota tubuh yang telah kuno, atau
jika tubuh membutuhkan sebuah anggota baru, maka perubahan itu akan
menciptakannya. Atas dasar ini, nenek moyang jerapah yang hidup pada masa kini
menemukan leher yang panjang dan lebih panjang lagi lantaran ia harus melongok demi
meraih dedaunan yang sulit dijangkau. Perubahan komposisi tubuh seperti ini
menemukan titik kesempurnaannya melalui jalan warisan. Etienne Geoffroy Saint Hilaire
dan Robert Chambers adalah dua orang di antara para pendukung teori Evolusi yang
hidup pada abad ke-19. Mereka berkeyakinan bahwa lingkungan hidup memiliki
pengaruh langsung pada individu.”[5]
Atas dasar ini, ilmuwan Biologi pertama yang memberikan nilai kepada teori Evolusi
adalah Lamarck. Tetapi pendapat dan teori-teorinya tidak memperoleh tanggapan yang
semestinya. Hal ini bukan lantaran ketegaran dan kekokohan teori Fixisme pada masa itu.
Tetapi hal itu lantaran mekanisme perubahan (mechanism of transformations) yang
diusulkan oleh Lamarck tidak menarik para ilmuwan yang hidup kala itu.

Aliran-Aliran Teori Evolusi :

Menurut Lamarck, setiap makhluk hidup pada permulaannya sangat hina dan sederhana
sekali. Lalu lantaran beberapa kausa dan faktor, makhluk hidup itu mengalami evolusi
menjadi spesies yang lebih sempurna. Faktor-faktor tersebut adalah lingkungan hidup,
pemanfaatan dan non-pemanfaatan anggota tubuh, kehendak, dan perpindahan seluruh
karakteristik yang bersifat akuisitif (iktisâbî).
Menurut teori Neo Lamarckisme, makhluk hidup dan tumbuh-tumbuhan mengalami
evolusi lantaran pengaruh langsung lingkungan hidup. Generasi-generasi selanjutnya
akan mewarisi seluruh perubahan yang bersifat akuisitas ini.

Menurut Darwinisme seluruh makhluk hidup berubah menjadi bentuk makhluk hidup
yang lain lantaran sebuah proses evolusi dan penyempurnaan, dan tidak ada satu makhluk
hidup pun yang diciptakan tanpa adanya sebuah mukadimah dan secara mendadak dan
tiba-tiba.

Background utama teori Evolusi Darwin adalah beberapa hal berikut ini:
1. Konsep kausalitas; dalam dunia makhluk hidup, tidak ada satu peristiwa pun yang
terjadi tanpa kausa.
2. Konsep gerak; dunia makhluk senantiasa mengalami perubahan.
3. Konsep tranformasi kuantitas menjadi tranformasi kualitas; dalam dunia makhluk,
seluruh tranformasi kuantitas yang akumulatif (bertumpuk-tumpuk) akan berubah
menjadi tranformasi kualitas.
4. Konsep kekekalan materi dan energi; antara dunia makhluk hidup dan makhluk tak
hidup terjadi proses pertukaran materi dan energi. Dalam proses pertukaran ini, tidak ada
suatu apapun yang akan sirna.
5. Konsep antagonisme; setiap partikel dari dunia makhluk hidup dan begitu juga
keseluruhan dunia tersebut senantiasa memiliki antagonis yang menganugerahkan
identitas kepadanya. Proses antagonik dan kontradiksi adalah faktor utama gerak dan
pencipta kontradiksi-kontradiksi baru.
6. Konsep kombinasi; seluruh antagonis yang ada di dunia makhluk hidup selalu berada
dalam konflik. Tapi akhirnya seluruh antagonis itu akan berpadu. Dari perpaduan ini,
muncullah sebuah kombinasi baru di dunia wujud, dan kombinasi baru ini juga memiliki
antagonis.
7. Konsep negasi dalam negasi; setiap sistem, baik berupa organisme individual, spesies,
genus, klan, dan lain sebagainya adalah sebuah realita nyata yang akan sirna di sepanjang
masa lantaran konflik yang terjadi antar antagonis. Tempat realita itu diambil alih oleh
realita nyata baru yang ia sendiri akan sirna pada suatu hari. Hasil dari negasi dalam
negasi ini adalah proses tranformasi.
Darwin berkeyakinan bahwa perbedaan antara manusia dan binatang, baik dari sisi postur
tubuh maupun kejiwaan, hanya bersifat kuantitas. Ia tidak meyakini adanya perbedaan
kualitas antara kedua makhluk ini. Atas dasar ini, perasaan, pemahaman rasional, naluri,
keinginan, rasa cinta dan benci, dan lain sebagainya juga dimiliki oleh binatang-binatang
hina dalam bentuk yang sangat primitif dan kadang-kadang pula dalam bentuk yang
sudah sempurna. Darwin bersiteguh bahwa nenek moyang manusia yang berkaki empat
pada mulanya berdiri dengan menggunakan dua kaki belakangnya, tetapi tidak secara
sempurna. Realita ini adalah permulaan ditemukannya makhluk hidup berkaki dua.
Pertikaian untuk kekal dan perubahan kondisi lingkungan hidup memiliki peran yang
sangat penting dalam evolusi manusia. Dalam perubahan kera berbentuk manusia
menjadi manusia, Darwin menegaskan bahwa faktor geografis dan ekonomis memiliki
saham yang sama.

Beberapa kejanggalan yang terdapat dalam teori Darwin :
1. Pertama, sebuah teori ilmiah dipandang dari sisi logika adalah sebuah kaidah
universal yang menjelaskan sebuah sistem yang terjadi secara berulang-ulang dan
bersifat abadi.
2. Jika teori Evolusi adalah sebuah teori yang bersifat universal, maka mengapa
hanya sebagian binatang yang berubah menjadi spesies binatang yang lain,
padahal sebagian yang lain dari binatang yang sama dan di daerah yang sama pula
tetap berbentuk seperti sedia kala?
3. Teori perpindahan sifat-sifat akuisitif kepada generasi-generasi yang akan datang
melalui jalan waris-mewarisi sebagai salah satu pondasi teori Lamarck dan
Darwin telah berhasil dibatalkan oleh para ilmuwan embriolog pada masa kini.
4. Darwin sangat memberikan perhatian khusus terhadap unsur pertikaian untuk
kekal.
5. Dr. Louis Leykee dan istrinya pernah mengadakan sebuah riset untuk menemukan
fosil-fosil manusia pra sejarah di belahan timur Afrika. Riset ini berlangsung
selama tiga puluh tahun.
6. Kaidah adaptasi dengan lingkungan hidup tidak selamanya menyebabkan
penggunaan dan non-penggunaan anggota tubuh yang akhirnya akan
menyebabkan sebuah evolusi spesies.
7. Teori Darwin lebih menitikberatkan pada bukti-bukti penemuan paleontologis,
8. Menurut hemat kami, pondasi dan pilar-pilar teori Darwin tidak mampu untuk
menginterpretasikan banyak hakikat seperti naluri, ilham, akal, dan lain
sebagainya, meskipun ia sendiri bersikeras ingin membuktikan kemampuan
teorinya dalam hal ini.
9. Darwin meyakini bahwa perbedaan antara perasaan manusia dan kera yang
berupa manusia hanya bersifat kuantitas.
10. Sebagian orang ingin memanfaatkan unsur pilihan natural dalam realita-realita
yang bersifat sosial.

Dan masih banyak lagi teori menurut para orang seperti Darwin tersebut. Namun melihat
kejanggalan-kejanggalan yang ada tersebut membuat saya ingin mencari solusi dari
permasalahan ini. Yang saya temukan adalah pendapat Islam terlebih dahulu. Yaitu :
Ustadz Syahid Mutadha Mutahhari menulis, “Jika pondasi pemikiran Lamarck dan
Darwin cukup untuk membuktikan terwujudnya keteraturan alam semesta, niscaya
argumentasi keteraturan alam semesta untuk membuktikan keberadaan Tuhan akan sirna.
Akan tetapi, pondasi pemikiran dua ilmuwan ini tidak mampu menjustifikasi alam
semesta. Terwujudnya struktur batang tumbuh-tumbuhan dan tubuh binatang yang
berlangsung secara gradual dan aksidental tidak cukup untuk menjustifikasi keteraturan
alam semesta yang sangat jeli dan detail ini. Setiap organ tubuh kita; pencernaan,
pernapasan, penglihatan, pendengaran, dan lain-lain, memiliki struktur yang sangat
menakjubkan dan seluruhnya mengikuti sebuah aktifitas dan tujuan yang tunggal.
Dengan ini semua, tidak dapat kita terima bahwa sebuah perubahan aksidental, meskipun
terjadi secara gradual, telah menwujudkan semua organ tubuh itu. Teori Evolusi, lebih
dari itu, membuktikan bahwa sebuah kekuatan pengatur dan pemberi petunjuk memiliki
campur tangan dalam hal ini.
Syahid Mutahhari berkeyakinan bahwa faktor kontradiksi antara teori Evolusi dan
argumentasi kekokohan ciptaan alam semesta bersumber dari kelemahan aliran-aliran
pemikiran filosofis yang ada, dan dalam karyanya yang lain, ia juga mengakui bahwa
teori Evolusi kontradiktif dengan argumentasi tersebut. Akan tetapi, menurut persepsinya,
pondasi teori Evolusi tidak sempurna dan memiliki banyak kejanggalan. Dalam
menjelaskan kotradiksi tersebut, ia menulis, “Ketika sebuah makhluk yang lebih kuat
berhasil bertahan hidup dalam sebuah pertikaian untuk kekal, dan dari satu sisi, anak
keturunan makhluk hidup berhasil menang dalam pertikaian itu lantaran keistimewaan
dan karakteristik khusus yang mereka miliki, serta keistimewaan yang bersifat aksidental
itu berpindah kepada anak-anak mereka lantaran hukum waris-mewarisi, maka dengan ini
sistem alam penciptaan adalah hasil terwujudnya keistimewaan yang berlangsung secara
silih berganti dan masing-masing keistimewaan itu terwujud secara aksidental dan
berdasarkan kaidah pertikaian untuk kekal serta konsep kekekalan makhluk yang lebih
pantas. Jika sistem ini terwujud dengan keistimewaan dan kualifikasi tersebut dari sejak
permulaan, semua itu tidak dapat dijustifikasi kecuali dengan adanya campur tangan
sebuah Dzat Yang Maha Pengatur dan Bijaksana. Akan tetapi, jika kita menerima bahwa
sistem ini terwujud berdasarkan sebuah gerakan gradual yang berlangsung selama jutaan
tahun, maka terwujudnya sistem itu tanpa keberadaan seorang Dzat Yang Maha Sempurna
Mengatur dapat dijustifikasikan.”[49]

Menurut keyakinan kami, teori pilihan natural tidak bertentangan dengan pembuktian
keberadaan Tuhan sama sekali. Alasannya:
a. Hasil dan asumsi ilmu pengetahuan empiris senantiasa mengalami perubahan dan
evolusi.
b. Argumentasi kekokohan ciptaan alam semesta bukanlah satu-satunya, bahkan bukan
argumentasi keberadaan Tuhan yang paling utama. Dalam bidang ini, kita masih
memiliki argumentasi yang paling urgen dan serius.
c. Sistem penciptaan alam semesta tidak hanya terbatas pada tumbuh-tumbuhan dan
makhluk hidup sehingga dengan menerima teori Evolusi Darwin kita dapat membebaskan
diri dari kepengaturan Ilahi yang sangat bijaksana. Hanya dengan bersandar pada pondasi
teori Darwinisme, bagaimana mungkin kita dapat menjelaskan dan menjustifikasi
keteraturan yang terdapat di alam atas dan planet-planet yang terdapat di langit?
d. Konsep tujuan dan finalisme adalah sebuah konsep filosofis murni. Bagaimana
mungkin para ahli biologi dapat mampu membuktikan atau menafikan konsep ini?
Adanya sebuah kekuatan supra natural dan kontrol atas seluruh peristiwa yang terjadi di
alam biologis adalah sebuah klaim yang hanya dapat dibuktikan atau dinafikan dalam
pembahasan-pembahasan filsafat.
e. Perubahan aksidental tidak pernah menafikan tujuan dan kausa final, karena
kebodohan manusialah sumber klaim tersebut. Menurut Allamah Thabatabai, keyakinan
terhadap konsep aksiden dan kebetulan bermuara dari kebodohan terhadap sebab-sebab
hakiki dan juga terhadap hubungan antara tujuan dan pemilik tujuan.
Namun ada pendapat yang diambil dari Alkitab mengenai Kreasi versus evolution, yaitu :
Faktor kunci yang kita semua mesti kenali adalah bahwa sebagian besar dari para sarjana
yang percaya pada evolusi juga adalah ateis atau agnostik. Ada beberapa yang berpegang
pada semacam evolusi theistik dan yang lainnya berpegang pada pandangan deistik
mengenai Allah (Allah ada tapi tidak terlibat dalam urusan dunia … segala sesuatu terjadi
menurut hukum alam). Ada beberapa yang dengan tulus dan jujur menganalisa data yang
ada dan tiba pada kesimpulan bahwa evolusi lebih cocok dengan data yang ada. Namun
demikain, ini hanya mewakili sebagian kecil dari para sarjana yang mendukung evolusi.
Sebagian besar dari para sarjana evolusi berpegang bahwa hidup berevolusi sama sekali
tanpa intervensi APAPUN dari kuasa yang lebih tinggi. Berdasarkan definisinya, evolusi
adalah ilmu pengetahuan yang bersifat naturalistik.
Kalau ateisme itu benar, pasti ada penjelasan lain mengenai bagaimana alam semesta dan
hidup bisa ada. Sekalipun beberapa bentuk evolusi telah dipercaya orang sebelum zaman
Charles Darwin, Darwin adalah orang pertama yang mengembangkan model yang masuk
akal mengenai bagaimana terjadinya evolusi – seleksi alam. Darwin dulunya menyebut
dirinya sebagai orang Kristen, namun di kemudian hari dia menyangkali iman Kristen
dan keberadaan Tuhan karena beberapa tragedi yang terjadi dalam kehidupannya. Evolusi
“diciptakan” oleh seorang ateis. Tujuan Darwin bukan untuk menyangkal keberadaan
Tuhan, namun itu adalah salah satu hasil dari teori evolusi. Evolusi memampukan
ateisme. Para sarjana evolusi zaman sekarang mungkin tidak akan mengakui bahwa
tujuan mereka adalah untuk memberi penjelasan alternatif mengenai asal usul kehidupan
dan dengan demikian memberi dasar kepada ateisme. Namun menurut Alkitab, inilah
sebabnya teori evolusi berada.
Alkitab memberitahu kita, “Orang bebal berkata dalam hatinya: "Tidak ada Allah"”
(Mazmur 14:1; 53:1). Alkitab juga mengatakan bahwa orang-orang tidak dapat berdalih
untuk tidak percaya pada Allah Pencipta, “Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya,
yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari
karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih” (Roma 1:20).
Menurut Alkitab setiap orang yang menyangkal keberadaan Tuhan adalah orang bebal.
Kalau demikian, mengapa ada begitu banyak orang, termasuk beberapa orang Kristen,
yang bersedia menerima bahwa para sarjana evolusi adalah penafsir data ilmiah yang
tidak bias? Menurut Alkitab mereka adalah orang-orang bebal! Bebal bukan berarti tidak
pandai. Kebanyakan para sarjana evolusi adalah orang-orang yang secara intelektual
sangat cerdas. Bebal menunjuk pada ketidakmampuan untuk secara pantas menerapkan
apa yang diketahui. Amsal 1:7 memberitahu kita, “Takut akan TUHAN adalah permulaan
pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.”
Para sarjana evolusi mengejek Kreasi dan/atau Intelligent Design sebagai tidak ilmiah
dan tidak pantas untuk ditelaah secara ilmiah. Menurut mereka, untuk dapat dianggap
sebagai “sains” maka sesuatu itu harus dapat diamati dan diuji, harus “alamiah.” Secara
definisi Kreasi adalah “supranatural.” Allah, dan hal-hal supranatural tidak dapat diamati
dan diuji (demikian alasan mereka). karena itu Kreasi dan/atau Intelligent Design tidak
dapat dianggap sebagai sains. Akibatnya semua data disaring melalui prakonsepsi dan
praduga teori evolusi yang sudah terlebih dahulu diterima tanpa ada penjelasan alternatif
yang dipertimbangkan.
Namun demikian, asal mula alam semesta dan hidup tidak dapat diuji atau diamati. Baik
Kreasi maupun evolusi kedua-duanya adalah sistim yang berdasarkan iman waktu
keduanya berbicara mengenai asal usul. Keduanya tidak dapat diuji karena kita tidak
dapat kembali milyaran (atau ribuan) tahun untuk mengamati asal mula alam semesta dan
hidup dalam alam semesta ini. Sarjana-sarjana evolusi menolak Kreasi berdasarkan
alasan yang secara logika juga akan memaksa mereka untuk menolak evolusi sebagai
penjelasan “ilmiah” dari asal usul segala sesuatu. Evolusi, dalam hubungannya dengan
asal usul, tidak lebih dekat dengan definisi “sains” dibandingkan dengan Kreasi. Evolusi
dianggap sebagai satu-satunya penjelasan mengenai asal usul yang dapat diuji; dan
karena itu adalah satu-satunya teori asal usul yang bersifat “ilmiah.” Ini adalah suatu
kebodohan! Para sarjana yang mendukung evolusi menolak teori asal usul yang masuk
akal tanpa mau betul-betul mempertimbangkan sumbangsih teori itu karena teori itu tidak
sesuai dengan definisi mereka yang sempit dan tidak masuk akal mengenai apa itu
“sains.”
Jikalau Kreasi itu benar, maka akan ada Pencipta yang kepadaNya kita bertanggung
jawab. Evolusi memungkinkan ateisme. Evolusi memberi orang-orang ateis dasar untuk
menjelaskan bagaimana hidup dapat berada tanpa adanya Allah Pencipta. Evolusi
menyangkali keterlibatan Allah dalam alam semesta. Evolusi adalah “teori kreasi” untuk
“agama” ateisme. Menurut Alkitab pilihannya jelas. Kita dapat percaya kepada Firman
dari Allah kita yang Mahakuasa dan Mahatahu, atau kita dapat percaya pada penjelasan
“ilmiah” dan yang bias dan tidak masuk akal dari orang-orang bebal.

BAGAIMANA PENDAPAT ANDA TENTANG ALKITAB TERSEBUT???
Teori kreasi dikemukakan para ilmuwan kreasionis terutama sejak tahun 1970. Teori ini
mengatakan bahwa alam semesta ini diciptakan seorang Pencipta langsung jadi sempurna
dalam waktu singkat. Teori ini membantah teori evolusi yang mengatakan bahwa alam
semesta ini terjadi secara perlahan-lahan dalam waktu miliaran tahun.
Banyak orang mengira bahwa teori evolusi sudah terbukti secara ilmiah. Ada juga
rohaniwan Kristen baik Katolik maupun Protestan yang mengira demikian. Seorang
Doktor dalam teologi di Jakarta ini, baru-baru ini bahkan mengatakan bahwa menurut
kitab Kejadian 1 alam semesta terjadi dalam waktu enam hari. Ia menulis: "Mulanya
memang ditafsirkan begitu. Tetapi kemudian karena bukti-bukti ilmiah yang tak dapat
terbantah, terjadi perubahan." Tetapi apakah betul bahwa ada "bukti-bukti ilmiah"
mengenai terjadinya alam semesta? Apakah yang disebut "bukti-bukti ilmiah"? Apakah
terjadinya alam semesta dapat diulangi dan diselidiki secara seksama? Tentu tidak dapat,
bukan? Untuk menyelidiki secara seksama kita harus kembali ke zaman alam semesta
terjadi, dan ini tidak mungkin. Dasar dari ilmu pengetahuan alam adalah justru observasi
(pengamatan) dan/atau eksperimen (percobaan) yang dapat diulangi dan diselidiki dengan
seksama.
NAH,……..
Supaya adil, saya kasih pencerahan juga pendapat yang berdasarkan Al Qur’an, yaitu
sbb :
Islam telah mengatur dan menggariskan kepada ummatnya agar mereka menjadi ummat
yang terbaik (dalam ilmu pengetahuan dan dalam segala hal) dan agar mereka tidak salah
dan tersesat, dengan memberikan bingkai sumber pengetahuan berdasarkan urutan
kebenarannya sebagai berikut.

1. Al-Qur’an dan Sunnah:
Allah SWT telah memerintahkan hamba-Nya untuk menjadikan al-Qur’an dan Sunnah
sebagai sumber pertama ilmu pengetahuan. Hal ini dikarenakan keduanya adalah
langsung dari sisi Allah SWT dan dalam pengawasannya, sehingga terjaga dari
kesalahan, dan terbebas dari segala vested interest apapun, karena ia diturunkan dari
Yang Maha Berilmu dan Yang Maha Adil. Sehingga tentang kewajiban mengambil ilmu
dari keduanya, disampaikan Allah SWT melalui berbagai perintah untuk memikirkan
ayat-ayat-Nya (QS 12/1-3) dan menjadikan Nabi SAW sebagai pemimpin dalam segala
hal (QS 33/21).
2. Alam semesta:
Allah SWT telah memerintahkan manusia untuk memikirkan alam semesta (QS 3/190-
192) dan mengambil berbagai hukum serta manfaat darinya, diantara ayat2 yang telah
dibuktikan oleh pengetahuan modern seperti[1] :
· Ayat tentang asal mula alam semesta dari kabut/nebula (QS 41/11).
· Ayat tentang urutan penciptaan (QS 79/28-30): Kegelapan (nebula dari kumpulan H
dan He yang bergerak pelan), adanya sumber cahaya akibat medan magnetik yang
menghasilkan panas radiasi termonuklir (bintang dan matahari) → pembakaran atom H
menjadi He lalu menjadi C lalu menjadi O baru terbentuknya benda padat dan logam
seperti planet (bumi) panas turun menimbulkan kondensasi baru membentuk air baru
mengakibatkan adanya kehidupan (tumbuhan).
· Ayat bahwa bintang2 merupakan sumber panas yang tinggi (QS 86/3),
matahari sebagai contoh tingkat panasnya mencapai 6000 derajat C.
· Ayat tentang teori ekspansi kosmos (QS 51/47).
· Ayat bahwa planet berada pada sistem tata surya terdekat (sama ad-dunya) (QS 37/6).
· Ayat yang membedakan antara planet sebagai pemantul cahaya
(nur/kaukab) dengan matahari sebagai sumber cahaya (siraj) (QS 71/16).
· Ayat tentang gaya tarik antar planet (QS 55/7).
· Ayat tentang revolusi bumi mengedari matahari (QS 27/88).
· Ayat bahwa matahari dan bulan memiliki waktu orbit yang berbeda2 (QS
55/5) dan garis edar sendiri2 yang tetap (QS 36/40).
· Ayat bahwa bumi ini bulat (kawwara-yukawwiru) dan melakukan rotasi (QS
39/5).
· Ayat tentang tekanan udara rendah di angkasa (QS 6/125).
· Ayat tentang akan sampainya manusia (astronaut) ke ruang angkasa (in
bedakan dengan lau) dengan ilmu pengetahuan (sulthan) (QS 55/33).
· Ayat tentang jenis-jenis awan, proses penciptaan hujan es dan salju
(QS 24/43).
· Ayat tentang bahwa awal kehidupan dari air (QS 21/30).
· Ayat bahwa angin sebagai mediasi dalam proses penyerbukan (pollen)
tumbuhan (QS 15/22).
· Ayat bahwa pada tumbuhan terdapat pasangan bunga jantan (etamine) dan
bunga betina (ovules) yang menghasilkan perkawinan (QS 13/3).
· Ayat tentang proses terjadinya air susu yang bermula dari makanan
(farts) lalu diserap oleh darah (dam) lalu ke kelenjar air susu (QS 16/66),
perlu dicatat bahwa peredaran darah baru ditemukan oleh Harvey 10 abad setelah
wafatnya nabi Muhammad SAW.
· Ayat tentang penciptaan manusia dari air mani yang merupakan campuran
(QS 76/2), mani merupakan campuran dari 4 kelenjar, testicules (membuat
spermatozoid), vesicules seminates (membuat cairan yang bersama mani), prostrate
(pemberi warna dan bau), Cooper & Mary (pemberi cairan yang melekat dan lendir).
· Ayat bahwa zyangote dikokohkan tempatnya dalam rahim (QS 22/5), dengan
tumbuhnya villis yang seperti akar yang menempel dpada rahim.
· Ayat tentang proses penciptaan manusia melalui mani (nuthfah) zygote yang melekat
(‘alaqah) segumpal daging/embryo (mudhghah) dibungkus oleh tulang dalam misenhyme
(‘izhama) tulang tersebut dibalut
oleh otot dan daging (lahma) (QS 23/14).
3. Diri manusia:
Allah SWT memerintahkan agar manusia memperhatikan tentang proses penciptaannya,
baik secara fisiologis/fisik (QS 86/5) maupun psikologis/jiwa manusia tersebut (QS 91/7-
10).
4. Sejarah:
Allah SWT memerintahkan manusia agar melihat kebenaran wahyu-Nya melalui lembar
sejarah (QS 12/111). Jika manusia masih ragu akan kebenaran wahyu-Nya dan akan
datangnya hari pembalasan, maka perhatikanlah kaum Nuh, Hud, Shalih, Fir’aun,
dan sebagainya, yang kesemuanya keberadaannya dibenarkan dalam sejarah hingga
saat ini
Setelah kita punya perbedaan pendapat tersebut, bagaimana sikap kita menghadapi
persoalan tersebut? Tentunya kita akan mencari yang benar menurut kodrat dan
keyakinan bukan?
Saya tidak bisa mengarahkan anda untuk setuju terhadap pendapat yang mana. Itu
kebebasan anda, termasuk anda mungkin jika punya kesimpulan dari kedua ppendapat
tersebut dan menyimpulkan sendiri apa itu teori evolusi yang sebenarnya itu menjadi
dasaar pemikiran anda,….
Kesimpulannya, menurut saya berbagai IPTEK dan pendapat tentang suatu obyek, itu
semua adalah objek kita, angan kita berjalan di atas pendapat orang lain, mengkaji dan
mencari yang terbaik serta bertindak menanggapi object tersebut adalah langkah mutiara
yang sebenarnya wajib untuk kita lakukan sejak sekarang.
Sekian pembahasan dari saya, kurang lebihnya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an Al Kariem
Hadist
Al-Ikhwan.net
http://kimiakami.blog.com/2009/10/29/tugas-iad-jerman/
Barr, James. Alkitab di dunia Modern. Jakarta: BPK GunungMulia, 1995.
Clayton, Philip. God and Contemporary Science, Edinburgh: Edinburgh University Press,
1997.
Dahler, Franz dan Chandra, Julius. Asal dan Tujuan Manusia: Teori Evolusi yang
Menggemparkan Dunia, cet. ke-10. Yogyakarta: Penerbit Kanisus, 1991.
Douglas, J.D. et.al. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid I: A-L, cet. ke-6, Terj. Yayasan
Komunikasi Bina Kasih/OMF, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2002.
Hadiwijono, Harun. Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988.
Jeeves, Malcolm A. dan Berry, R.J. Science, Life and Christian Belief: A survey and
assessment. Leicester: Apollos, 1998.
Lempp, Walter. Tafsiran Kedjadian 1:1-4:26, Djakarta: BPK, 1964.
Peacocke, A. R. Creation and the World of Science, Bampton lecture series, 1978,
Oxford: Oxford University Press, 1979.
Peters, Ted dan Bennet, Gaymon. Menjembatani Sains dan Agama, terj. Jessica
Christiana Pattinasarany. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004.
Singgih, Emmanuel Gerrit. Dunia yang Bermakna: Kumpulanan Karangan Tafsir
Perjanjian Lama, Jakarta: Persetia, 1999.
van Huyssteen, J. Wentzel. Duet atau Duel: Teologi dan Sains dalam Dunia Post-Modern,
terj. Sudi Ariyanto. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002.
Wahono, S. Wismoady. Di sini kutemukan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990.
Westermann, Claus. Creation, terj. John. J. Scullion. Philadelphia: Fortress Press, 1974.
Wright, Richard T. Biology through the Eyes of Faith. Leicester: Apollos, 1991.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management