Kamis, 07 April 2011

karya ilmiah PANCASILA

Membangun Bangsa Berjiwa Pancasila
 Oleh : Fahrorozi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan termpaper tentang “Membangun Bangsa Berjiwa Pancasila” untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan pancasila.
Saya selaku penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
Bapak Jumharjinis selaku dosen mata kuliah pendidikan pancasila dan kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Juga tidakk lupa teman-teman seperjuangan yang ikut serta membantu dalam pembuatan karya ilmiah ini
Saya sebagai penulis juga menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi sempurnanya makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.


BAB I
    PENDAHULUAN
  • Latar Belakang
Pancasila adalah jati diri bangsa Indonesia, sebagai falsafah, ideologi, dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk. Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan negara Indonesia? Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan sejarah dan kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia seperti keragaman suku, agama, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan.

Pancasila dibahas, dirumuskan dan disepakati sebagai dasar dan tujuan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Setiap gerak, arah dan cara kita juga harus senantiasa dijiwai oleh Pancasila. Pancasila yang bulat dan utuh akan memberikan kita keyakinan kepada rakyat dan bangsa Indonesia bahwa kebahagiaan hidup akan tercapai apabila didasarkan atas keserasian dan keselarasan serta keseimbangan. Baik dalam hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan masyarakat, manusia dengan alam maupun dalam mengejar kemajuan lahiriah dan batiniah.

Indonesia hidup di dalam berbagai macam keberagaman, baik itu suku, bangsa, budaya dan agama. Dari ke semuanya itu, Indonesia berdiri dalam suatu keutuhan. Menjadi kesatuan dan bersatu di dalam persatuan yang kokoh di bawah naungan Pancasila dan semboyannya, Bhinneka Tunggal Ika.

Namun sejalan dengan zaman yang semakin global, perlahan nilai kesakralan dari pancasila pun kini kian melemah, terutama kesadaran pemuda akan prinsip pancasila sebagai pembentuk moral bangsa yang dituntutkan pejuang negara kita sejak dulu kini mulai terhapuskan.

Pengaruh perkembangan globalisasi kini telah berdampak pada semua lini kehidupan, bukan hanya kemajuan bidang pembangunan ekonomi dan teknologi, tetapi juga muncul di dalamnya permasalahan social (kemasyrakatan). Gejala ini muncul dengan ditandai banyaknya permasalahan kemasyarakatan bangsa Indonesia, dimulai dari pergeseran moral, adat, tingkah laku sampai lifestyle. Masuknya pengaruh dari dunia luar kedalam sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia yang mana kerap kali bertentangan dengan nilai-nilai luhur yang dianut bangsa Indonesia seringkali dianggap sebagai akibat dominasi Negara-negara adidaya (Strong States) terhadap negara-negara lemah ( Soft States ). Meskipun pengaruh dan kekuasaan dari luar sering dianggap biang keladi permasalahan social, politik, dan budaya yang berkepanjangan, akar permasalahan yang mengakibatkan mudahnya pengaruh luar masuk ke Indonesia ada dalam masyarakat Indonesia.

  • Batasan Masalah
    Di dalam Pancasila terkandung banyak nilai di mana dari keseluruhan nilai tersebut terkandung di dalam lima garis besar dalam kehidupan berbangsa negara. Perjuangan dalam memperebutkan kemerdekaan tak jua lepas dari nilai Pancasila. Sejak zaman penjajahan hingga sekarang, kita selalu menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila tersebut.
  • Alasan
Pancasila sebagai pembentuk karakter atau kepribadian dan jati diri bangsa, merupakan tolok ukur dalam melaksanakan pembangunan nasional, baik ke dalam maupun ke luar. Sedangkan kesadaran pemuda-pemudi merah putih kini masih terpuruk dalam buaian pengaruh budaya luar. Sang saka merah putih telah menantikan penuda yg dapat terus melambungka harum namanya ke kancah internasional, maka dari itu perlu kasadaran dari pemuda-pemudi bangsa untuk memperbaiki keterpurukan moral dan mewujudkan cita-cita pancasila sebagai pembentuk karakter bangsa demi kemajuan ibu pertiwi.
Harapan yang masih tersisa dari bangsa ini, sehingga bisa lepas dari berbagai krisis moral ini, Melalui pendidikan, pemuda-pemudi sebagai calon pendiri negara bangsa ini, diharapkan dapat belajar dari kesalahan yang kita hadapi saat ini. Melalui pendidikan yang diajarkan semenjak duduk di bangku sekolah pemuda-pemudi indonesia diharapkan bisa menanamkan nilai pancasila jauh dalam lubuk hati mereka, seperti yang tertuang dalam tujuan pendidikan nasional, yaitu mengembangkan potensi dan membentuk pemuda-pemudi bermoral pancasila.

  • Tujuan 
    Karya ilmiah ini diharapkan mampu menumbuhkan rasa kesadaran kita terutama para pemuda indonesia agar mempunyai moral seperti yang diharapkan oleh cita-cita pancasila untuk mewujudkan bangsa indonesia yang bermoralkan pancasila untuk lebih mengenal tentang :
  1. Mengenal apa arti pancasila
  2. Memahami pancasila sedabagai ideologi negara
  3. Menerapkan nilai yang terkandung dalam pancasila
  4. Menanamkan pancasila pada kebudayaan indonesia

  • Manfaat
    Sedangkan manfaat yang diharapkan dapat diperoleh adalah sebagai berikut :
  1. Masyarakat indonesia lebih mengenal arti pancasila
  2. Meningkatkan pemahaman masyarakat indonesia tentang pancasila sebagai ideologi negara
  3. Nilai yang terkandung dalam pancasila bisa diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat
  4. indonesia mempunyai budaya yang sebagai akar dari pancasila
  • Rumusan Masalah
Adapun permasalah yang ditanyakan dalam makalah ini antara lain:
      • Apa yang dimaksud dengan Pancasila?
      • Apa fungsi ideologi?
      • Mengapa pancasila disebut sebagai ideologi?
      • Apakah yang terkandung dalam pancasila sebagai sumner nilai?
      • Bagaimana bisa Nilai Pancasila berakar dari kebudayaan di Indonesia?
BAB II
IDEOLOGI PANCASILA

  1. Pengertian Dan Fungsi Ideologi
Ideologi berasal dari kata ideas yang berarti gagasan atau konsep. Dan logos berarti ilmu. Pengertian ideologi secara umum adalah sekumpulan ide, gagasan, keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan keagamaan.
Biasanya ideologi selalu mengutamakan asas-asas kehidupan politik dan kenegaraan sebagai satu kehidupan nasional yang berarti kepemimpinan, kekuasaan, dan kelembagan dengan tujuan kesejahteraan. Berikut ini beberapa pengertian ideologi antara lain:
  1. A. Destult de Tracy
Ideologi adalah bagian dari filsafat yang merupakan ilmu yang mendasari ilmu-ilmu lain seperti pendidikan, etika, politik, dan sebagai nya.
  1. Kamus ilmiah populer
Ideologi adalah cita-cita yang merupakan dasar salah satu sistem politik , paham, kepercayaan, dst. (ideologi sosialis, ideologi islam, dll).
  1. Moerdiono
Ideologi adalah kompleksitas pengetahuan dan nilai yang secara keseluruhan menjadi landasan bagi seseorang (masyarakat) untuk memahami jagat raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengelolanya.
  1. Encyclopedia Internasioal
Ideologi adalah “sistem of ideas, believes, and attitudes which underlie the war of life in a particular group, class, or society” (sistem gagasan, keyakinan, dan sikap yang melandasi cara hidup suatu kelompok, kelas, atau masyarakat tertentu).
  1. Prof. Padmo Wahyono, S.H.
Ideologi diberi makna sebagai pandangan hidup bangsa, falsafah hidup bangsa, yang berupa seperangakat tata nilai yang dicita-citakan dan akan direalisasi didalam kehidupan berkelompok.
  1. Dr. Alfian
Ideologi adalah suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan mendalam tentang begaimana cara sebaiknya , yaitu secara moral dianggap benar dan adil mengatur tingkah laku bersama berbagai kehidupan.
Dan pendapat-pandapat diatas , hal yang harus dipahami adalah bahwa suatu ideologi pada umunya mewujudkan pandangan khas tentang pentingnya kerja sama antar manusia dalam kerja, hubunagn manusia dengan kekuasaan, sember kekuasaan bagi penguasa, dan tingkat kesederajatan antar manusia .
Ideologi mempunyai beberapa fungsi yang dapat dikemukakan sebagai berikut:
  1. Struktur kognitif, yaitu keseluruhan pengetahuan yang dapat merupakan landasan untuk memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian-kejadian dalam alam sekitarnya.
  2. Orientasi dasar dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta menunjukan tujuan dalam kehidupan manusia.
  3. Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagiu seseorang untuk melangkah dan bertindak.
  4. Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya.
  5. Kekuatan yang mampu menyemangati danm mendorong seseorang untuk menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
  6. Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati, serta bertingkah laku sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang terkandung didalamnya.
  1. Pengertian Pancasila
Guna memahami pancasila sebagai ideologi secara lebih baik, maka perlu dijelaskan terlebih dahulu apa itu pancasila. Banyak tokoh nasional yang telah merumuskan konsep pancasila sesuai dengan sudut pandang masing-masing.
  1. Muhammad Yamin
Pancasila berasal dari kata panca yang berarti lima dan sila yang berarti sendi, asas, dasar atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik.
Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun temurun yang sekian abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan barat. Dengan demikian pancasila tidak saja falsafah Negara, tetapi luas lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia.
  1. Notonegoro
Pancasila adalah dasar falsafah Negara Indonesia.
  1. Berdasarkan Terminologi
Pada tanggal 1 juli 1945, dalam siding BPUPKI, pancasila yang memiliki arti lima asas dasar digunakan oleh Presiden Soekarno untuk memberi nama lima prinsip dasar Negara Indonesia yang diusulkannya.
Istilah “Pancasila” pertama kali dapat ditemukan dalam buku Sutasoma karangan MPU Tantular yang ditulis pada zaman majapahit abad ke 14. dalam buku tersebut, istilah pancasila diartikan sebagai lima perintah kesusilaan (pancasila kiama), yang berisi lima larangan sebagai berikut:
    1. Melakukan kekerasan
    2. Mencuri
    3. Berjiwa dengki
    4. Berbohong
    5. Mabuk akibat minuman keras
Selanjutnya istilah “sila” itu sendiri dapat diartikan sebagai aturan yang melatarbelakangi perilaku seseorang atau bangsa, kelakuan atau perbuatan yang menurut adab (sopan-santun), dasar, akhlak, dan moral. Pancasila diusulkan oleh Ir. Soekarno sebagai dasar Negara pada sedang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945.
Sejak saat itu pula pancasila digunakan sebagai nama dari dasar palsafah negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia, meskipun untuk itu terdapat beberapa tata urut dan rumusan yang berbeda. Sejarah rumusan pancasila itu tidak dapat kita pisahkan dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia dan tidak dapat pula dipisahkan dari sejarah perumusan undang-undang dasar 1945.
  1. Proses Perumusan Pancasila
Pada tanggal 7 September 1944 Jepang memberikan janji kemerdekaan bagi Indonesia melalui perdana menteri Koiso, hal in dialkukan karena Jepang secara terus menerus menderita kekalahan perang dari sekutu. Janji tersebut kemudian diumumkan oleh Jenderal kumakhichi Horada tanggal 1 Maret 1945 yang mencanangkan pembentukan badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Sebagai realisasi janji tersebut pada tanggal 29 April 1945 kepal apemerintahan Jepang untuk jawa (Gunseikan) membentuk BPUPKI dengan anggota sebanyak 60 orang yang merupakan wakil atau mencerminkan suku/ golongan yang tersebar diwilayah Indonesia. BPUPKI diketuai oleh Dr. Radjiman Widyodiningrat, wakil ketua R.P. Suroso, dan pejabat yang mewakili pemerintahan Jepang Tuan Hachibangase. Dalam melaksanakan tugasnya dibentuk beberapa panitia kecil, antara lain panitia sembilan dan panitia perancang UUD. Inilah langkah awal dalam sejarah perumusan pancasila sebagai dasar negara.
Secara ringkas proses perumusan tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Mr. Muhammad Yamin, pada sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945 menyampaikan rumusan asas dan dasar negara sebagai berikut:
  1. Peri kebangsaan
  2. Peri kemanusiaan
  3. Peri ketuhanan
  4. Peri kerakyatan
  5. Kesejahteraan rakyat
Setelah menyampaikan pidatonya, Mr. Muhammad Yamin menyampaikan usul tertulis rancangan undang-undang dasar yang di dalamnya tercantum rumusan lima asas dasar negara yang berbunyi sebagai berikut:
  1. Ketuhanan yang maha esa
  2. Kebangsaan persatuan Indonesia
  3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
  4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
  5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
  1. Mr. Soepomo, pada tanggal 31 Mei 1945 antara lain dalam pidatonya menyampaikan urusaln lima dasar negara, yaitu sebagai berikut:
  1. Paham negara kesatuan
  2. Perhubungan negara dengan agama
  3. Sistem badan permusyawaratan
  4. Sosialisasi negara
  5. Hubungan antara bangsa.
  1. Ir. Soekarno, dalam sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945 mengusulkan rumusan dasar negara adalah sebagai berikut:
  1. Kebangsaan Indonesia
  2. Internasionalisme atau perikemanusiaan
  3. Mufakat atau demokrasi
  4. Kesejahteraan sosial
  5. Ketuhanan yang berkebudayaan.
  1. Panitia kecil pada sidang PPKI tanggal 22 Juni 1945 memberi usulan rumusan dasar negara adalah sebagai berikut:
  1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
  2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
  3. Persatuan Indonesia
  4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
  5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
  1. Rumusan akhir pancasila yang ditetapkan tanggal 18 Agustus 1945 dalam sidang PPKI adalah sebagai berikut:
  1. Ketuhanan yang maha esa
  2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
  3. Persatuan Indonesia
  4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
  5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Bangsa Indonesia bertekad bahwa pancasila sebagai dasar negara tidak dapat diubah oleh siapapun, termasuk oleh MPR hasil pemilu. Jika mengubah dasar negara pancasila berarti membubarkan negara hasil proklamasi (Tap MPRS No. XX/MPRS/1966).

  1. Kedudukan Pancasila Bagi Bangsa Indonesia
    1. Pancasila Sebagai dasar negara Republik Indonesia
Pancasila sering disebut dasar falsafah negara (dasar filsafat negara) dan ideologi negara. Pancasila dipergunakan sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan dan mengatur penyelenggaraan negara. Konsep-konsep pancasila tentang kehidupan bernegara yang disebut citra hukum (staatsidee) merupakan cita hukum yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila sebagai kaidah negara yang fundamental berarti bahaya hukum dasar tertulis (UUD), hukum tidak tertulis (konvensi), dan semua hukum atau peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam negara Republik Indonesia haurs bersumber dan berada di bawah pokok kaidah negara yang fundamental tersebut.
    1. Dasar hukum pancasila sebagai dasar negara.
Pengertian pancasila sebagai dasar negara sesuai dengan bunyi pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat “…., maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada; ketuhanan yang maha esa; kemanusiaan yang adil dan beradab; persatuan Indonesia, kerakyatan yang dimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Meskipun di dalam pembukaan UUD 1945 tersebut tidak tercantum kata “Pancasila”, namun bangsa Indonesia sudah bersepakat bahwa lima prinsip yang menjadi dasar negara Republik Indonesia disebut pancasila. Kesepakatan tercantum pula dalam berbagai ketetapan MPR-RI diantaranya adalah:
    1. Ketetapan MPR-RI No. XVIII/MPR/1998, pasal 1 menyebutkan bahwa “Pancasila sebagaimana dimaksud dalam pembukaan UUD 1945 adalah dasar negara dari negara kesatuan republik Indonesia yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara.
    2. Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, diantaranya menyebutkan:
Sumber hukum dasar nasional yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945 yaitu ketuhanan yang maha esa; kemanusiaan yang adil dan beradab persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suaut keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
    1. Pancasila memenuhi syarat sebagai dasar negara
Dalam kehdupan berbangsa dan bernegara, perlu dipahami konsep, prinsip dan nilai yang terkandung di dalam pancasila supaya bisa diiimplementasikan dengan tepat. Namun sebaiknya perlu diyakini terlebih dahulu bahwa pancasila memenuhi syarat sebagai dasar negara kesatuan republik Indonesia yang beragam suku, agama, ras, dan golongannya.
Pancasila memenuhi syarat sebagai dasar negara bagi negara kesatuan Republik Indonesia dengan alasan sebagai berikut:
  1. Pancasila memiliki potensi menampung keadaan pluralistik masyarakat Indonesia yang beraneka ragam suku, agama, ras, dan golongan. Sila ketuhana yang maha esa menjamin kebebasan untuk beribadah sesuai agama dan keyakinan masing-masing, kemduian, sila persatuan Indonesia mampu meningkatkan keanekaragaman dalam satu kesatuan bangsa dengan tetap menghormati sifat masing-masing apa adanya.
  2. Pancasila memberikan jaminan terealisasinya kehidupan yagn pluralistik, dengna menjunjung tinggi dan menghargai manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk tuhan secara berkeadilan yang disesuaikan dengna kemampuan dan hasil usahanya. Hal ini ditunjukan dengan sila kemanusiaan yang adil dan beradab.
  3. Pancasila memiliki potensi menjamin keutuhan negara kesatuan republik Indonesia yang terbentang dari sabang sampai marauke, yang terdiri atas ribuan pulau. Hal ini sesuai dengan sila persatuan Indonesia.
  4. Pancasila memberikan jaminan berlangsungnya demokrasi dan hak-hak asasi manusia sesuai dengan budaya bangsa. Hal i ni selaras dengan sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dlama permusyawaratan perwakilan.
  5. Pancasila menjamin terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera sesuai dengan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
    1. Dasar negara pancasila menjadi sumber hukum negara kesatuan republik Indonesia.
Dalam kedudukan sebagai dasar negara, pancasila menjadi sumber hukum yang berlaku di Indonesia. Dengan demikian, segala peraturan perundang-undangan harus merupakna penjabaran atau nderivasi dari prinsip-prinsip yang terkandung di dalam pancasila.segala peraturan perundang-undangan yang tidak kompatibel dan atau mengacu pada pancasila dapat dinyatakan batal demi hukum.
Pancasila sebagai dasar negara ditransformasikan menjadi norma hukum yang bersifat memaksa, mengikat, dan mengandung sanksi. Oleh sebab itu, perlu diupayakan law enforcement terhadpa segala hukum yang merupakan penjabaran dari dasar negara pancasila.

    1. Pancasila sebagai pandangan hiudup bangsa Indonesia
Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, salah satu pepatan yang sering kita dengar adalah “berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian”, yang berarti “bersakit-sakit dahulu, bersenang kemudian”. Pepatah tersebut mengandung makna bahwa jika kita berprestasi, maka prestasi itu harus dicapai lewat kerja keras dan usaha tanpa kenal lelah karena sukses tidak datang dengan sendirinya. Apabila pepatah tersebut diyakini dan kemudian dijadikan pegangan hidup seseorang, maka ia berkembang menjadi pandangan hidup yang oleh Bung Karno disebut sebagai “levens beschouwing”.
Apabila pandangan hidup tersebut memiliki kebenaran dan diyakini dapat mengantar kepada kehidupan yang sejahtera dan bahagia, maka ia dapa tdikembangkan menjadi pandangan hidup masyarakat, bangsa, dan negara, bahkan dunia sehingga disebut “welstancahuung”. Jerman pada masa hitler juga mengangkat national sozialistische welstancahuung sebagai dasar negaranya, Jepang “Tennoo Koodo Seishin”, cina pada masa Sun Yat Sen “San Min Chui dan Indonesia Pancasila sebagai Welstanschuung-Nya.
Karena nilai yang terkandung di dalam pancasila tidak lain adalah kristalisasi dari nilai-nilai yang terdapat dalam berbagai pandangan hidup masyarakat, maka sesungguhnya pancasila itu sendiri mencerminkan pandangan hidup bangsa Indonesia. Nilai-nilai tersebut nyata hidup di dalam masyarkaat dan dipergunakan sebagai pegangan dalam bersikap dan bertingkah laku serta menentukan tindakan dalam menghadpai berbagai persoalan.
    1. Pancasila sebagai ligatur bangsa Indonesia
Kata “ligatur” berasal dari bahasa latin-ligatura yang berarti sesuatu yang mengikat. Prof. Dr. Roland peanok, dalam bukunya “Dmeocratic poltical theory” memberi makna ligatur sebagai “ikatan budaya” atau “cultural bond”. Jadi, ligature merupakan ikatan budaya yang berkembang secara alami dalam kehidupan masyarakat, bukan karena paksaan. Ikatan tersebut dianggap perlu dan penting untuk menjaga keutuhan dan kesatuan masyarakat misalnya, adanya kebiasaan membangun rumah dengan gotong-royong pada masyarakat tertentu bertujuan untuk menunjukkan sikap kebersamaan dan meringankan beban orang lain.
Pancasila disebut sebagai ligature bangsa Indonesia karena selama ini nilai-nilai pancasila mampu memenuhi criteria:
    1. Memiliki daya ikat bangsa yang mampu menciptakan suatu bangsa dan negara yang kokoh.
    2. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila telah dipahami dan diyakini oleh masyarakat yang selanjutnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari tanpa ada paksaan.
Dengan demikian, nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila merupakna denominator dari nilai-nilai yang berkembang dan dimiliki oleh masyarkat sehingga memiliki daya rekat yang kuat, karena memang dirasa sebagai miliknya.
    1. Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia
Jati diri bangsa adalah pandangan hidup yang berkembang di dalam masyarakat yang menjadi kesepakatan bersama, berisi konsep, prinsip dan nilai dasar yang diangkat menjadi dasar Negara sebagai landasan statis, ideology nasional, dan sebagai landasan dinamis bagi bangsa yang bersangkutan dalam menghadapi segala permasalahan menuju cita-citanya.
Jadi diri bangsa Indonesia tiada lain adalah pancasila yang bersifat khusus, otentik dan orisinil yagn membedakan bangsa Indonesia dari bangsa lain. Sekarang dan dimasa yagn akan datang, kita semua harus secara kontinu berupaya untuk menemukan cara-cara bagaimana mempertahankan dan memperkokoh jati diri bangsa di tengah arus perubahan globalisasi yang cenderung menembus sekat-sekat antar budaya dan bangsa. Oleh sebab itu, pengimplementasian nilai-nilai pancasila secara nyata dalam kehidupan sehari-hari menjadi suatu kemendesakan demi memperkokoh dan melestarikan jati diri bangsa serta menjamin tetap tegaknya integritas bangsa yang sejahtera dalam wadah Negara kesatuan Republik Indonesia.
BAB III
PANCASILA SEBAGAI SUMBER NILAI
      1. Nilai-nilai yang Terkandung pada Ideologi Pancasila
Dalam pandangan filsafat, nilai (value) sering dihubungkna dengan masalah kebaikan. Sesuatu dikatakan mempunyai nilai, apabila sesuatu itu berguna, benar (nilai kebenaran), indah (nilai estetika), baik (nilai moral), religius (nilai religi), dan sebagainya. Nilai itu ideal, bersifat ide. Karena itu, nilai adalah sesuatu yang abstyrak dan tidak dapat disentuh dengan panca indera. Yang dapat ditangkap adalah barang atau laku perbuatan yang mengandung nilai itu.
Secara umum pengertian nilai adalah kualitas ketentuan yang bermakna bagi kehidupan manusia perorangan, masyarakat, bangsa, dan Negara. Kehadiran nilai dalam kehidupan manusia dapat menimbulkan aksi dan reaksi, sehingga manusia akan menerima atau menolak kehadirannya. Konsekuensinya, nilai akan menjadi tujuan hidup yang ingin diwujudkan dalam kenyataan.
Implementasi Ideologi pancasila bersifat fleksibel dan interaktif (bukan doktriner). Hal ini karena ditunjang oleh eksistensi ideology pancasila yang memang sejak digulirkan oleh para founding (fathers (pendiri Negara) telah melalui pemikrian-pemikiran yagn mendalams sebagai kristalisasi yang digali dari nilai-nilai social-budaya bangsa Indonesia sendiri. Ideology pancasila bersifat fleksibel karena mengandung nilai-nilai sebagai berikut:
    1. Nilai Dasar
Merupakan nilai-nilai dasar yang relative tetap (tidak berubah) yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945. nilai-nilai dasar pancasila (ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan social) akan dijabarkan lebih lanjut menjadi nilai instrumental dan nilaip raksis yang lebih bersifat fleksibel, dalam bentuk norma-norma yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarkat, berbangsa, dan bernegara.
    1. Nilai Instrumental
Merupakan nilai-nilai lebih lanjut dari nilai-nilai dasar yang dijabarkan secara lebih kreatif dan dinamis dalam bentuk UUD 1945, TAP MPR, dan peraturan perundang-undangan lainnya.
    1. Nilai Praksis
Merupakan nilai-nilai yang sesungguhnya dilaksanakan dalam kehidupan nyata sehari-hari baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara. Nilai praksis yang abstrak (misalnya menghormati kerja sama, kerukunan, dan sebagainya) diwujudkan dalam bentuk sikap, perbuatan, dan tingkah laku sehari-hari.
Pancasila sebagai sumber nilai umum dapat dilihat dalma penjelasan berikut:
    1. Sila ketuhanan yang maha esa:
      • Merupakan bentuk keyakinan yang berpangkal dari kesadaran manusia sebagai makhluk Tuhan.
      • Negara menjamin bagi setiap penduduk untuk beribadat menurut agama dan kepercayaan masing-masing.
      • Tidak boleh melakukan perbuatan yagn anti ketuhanan dan anti kehidupan beragama.
      • Mengembangkan kehidupan toleransi baik antar, inter, maupun antara umat beragama.
      • Mengatur hubungan Negara dan agama, manusia dengan tuhan dan yagn menyangkut hak asasi yang paling asasi.
    2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab
      • Merupakan bentuk kesadaran manusia terdapat potensi budi nurani dalam hubungan dengna norma-norma kebudayaan pada umumnya.
      • Adanya konsep nilai kemanusiaan yang lengkap, adil, dan bermutu tinggi karena kemampuan berbudaya.
      • Manusia Indonesia adalah bagian dari warga dunia, menyakini adanya prinsip persamaan harkat dan martabat sebagai hamba tuhan.
      • Mengandung nilai cinta kasih dan nilai etis yang menghargai keberanian untuk membela kebenaran, santun dan menghormati harkat manusia.

    1. Sila persatuan Indonesia
      • Persatuan dan kesatuan dalam arti ideologis, ekonomi, politik, sosial budaya dan keamanan.
      • Manifestasi faham kebangsaan yang memberi tempat bagi keragaman budaya atau etnis.
      • Menghargai keseimbangan antara kepentingan pribadi dan masyarakat.
      • Menjunjung tinggi tradisi kejuangan dan kerelaan untuk berkorban dan membela kehormatan bangsa dan negara.
      • Adanya nilai patriotik serta penghargaan rasa kebangsaan sebagai realitas yang dinamis.
    2. Sila kerakyatan yang dimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalma permusyawaratan/ perwakilan.
      • Paham kedaulatan rakyat yang bersumber kepada nilai kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotong royongan.
      • Musyawarah merupakan cermin sikap dan pandangan hidup bahwa kemauan rakyat adalah kebenaran dan keabsahan yang tinggi.
      • Mandahulukan kepentingan negara dan masyarakat.
      • Menghargai kesukarelaan dan kesadaran dari pada memaksakan sesuatu kepada orang lain.
    3. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
      • Setiap rakyat Indonesia diperlakukan dengan adil dalam bidang hokum, ekonomi, kebudayaan, dan social.
      • Tidak adanya golongan tirani minoritas dan mayoritas.
      • Adanya keselarasan, keseimbangan, dan keserasian hak dan kewajiban rakyat Indonesia.
      • Kedermawanan terhadap sesama, sikap hidup hemat, sederhana, dan kerja keras.
      • Menghargai hasil karya orang lian.
      • Menolak adanya kesewenang-wenangan serta pemerasaan kepada sesame.
      • Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.
      1. Aspek-Aspek yang terkandung dalam Sila-Sila Pancasila
Pancasila sebagaimana ideology manipulasi di dunia ini, adalah kerangka berfikir yang senantiasa memerlukan penyempurnaan. Karena tidak ada satupun ideologi yang disusun dengan begitu sempurnanya sehingga cukup lengkap dan bersifat abadi untuk semua zaman, kondisi, dan situasi.
Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia keberadaanya lahirnya bersamaan dengan adanya bangsa Indonesia. Artinya, jika bangsa Indonesia mempunyai arti statis dan dinamis. Jiwa ini keluar di wujudkan dalam sikap mental, tingkah laku, dan amal perbuatan bangsa Indonesia yang pada akhirnya mempunyai ciri khas. Sehingga akan muncul dengan sendirinya harpaan optimisme motivasi yang sangat berguna dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia.
Selain itu kita juga harus paham apa saja yang ada di dalam pancasila itu sendiri. Salah satunya adalah aspek-aspek dalam sila-sila pancasila. Adapun aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Aspek ideoalitas.
Yaitu hakkat nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila yaitu: ketuhanan, keman usiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan hakikat nilai-nilai pancasila yiatu nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam pancasila yang bersifat sistematis, rasional, dan menyeluruh tersebut bersumber pada filsafat pancasila.
  1. Aspek Normalitas
Yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila perlu dijabarkan dalam suatu sistem norma-norma kenegaraan. Dalam pengertian ini pancasila terkandung dalam pembukaan UUD 1945 yang merupakna norma tertib hukum tertinggi dalam negara Indonesia serta merupakan states fundamental norm (pokok kaidah negara yang fundamental).
  1. Aspek Realitas
Artinya mampu dijabarkan dalam segala aspek kehidupan nyata. Maka suatu ideologi harus mampumencerminkan realitas yagn hidup dan berkembang dalam masyarakat. Oleh karena itu pancasila selain memiliki nilai-nilai ideal serta normative pancasila harus mampu dijabarkan dalam kehidupan masyarakat secara nyata baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam penyelenggaraan Negara. Dengan demkian pancasila sebagai ideology terbuka tidak bersifat “utopis” yang hanya berisi ide-ide yang bersifat mengawang melainkan suatu ideology yang bersifat realiftif.
  1. Aspek fleksibilitas
Yakni pancasila sebagai suatu idiologi tidak bersifat kaku dan tertutup namun bersifat reformatif, dinamis, dan terbuka. Hal in dimaksudkan bahwa idiologi pancasila bersifat aktual, dinamis, antisifasif dan senantiasa mampu menyelesaikan dengna perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi.
BAB IV
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI

        1. Pancasila Sebagai Ideologi Nasional
Suatu sistem filsafat pada tingkat perkembangan tertentu melahirkan ideologi. Secara teoritis filosofis, ideologi bersumber pada suatu sistem filsafat dan merupakna pelaksanaan filsafat itu sendiri. Hal ini berarti suatu sistem filsafat dikembangkan dan dilaksanakan oleh suatu ideologi. Berdasarkan asas teoritis demikian, maka nilai-nilai yang terkandung di dalam pancasila adalah falsafah hidup yang berkembang dalam sosial budaya Indonesia. Nilai pancasila yang telah terkristalisasi dianggap sebagai nilai dasar dan puncak (sari-sari) budaya bangsa.
Pancasila sebagai ideologi memiliki karakter utama sebagai ideologi nasional. Ia adalah cara pandang dan metode bagi seluruh bangsa Indonesia untuk mencapai cita-citanya, yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Pancasila adalah ideologi kebangsaan karena ia digali dan dirumuskan untuk kepentingan membangun negara bangsa Indonesia. Pancasila yang memberi pedoman dan pegangan bagi tercapainya persatuan dankesatuan dikalangan warga bangsa dan membangun pertalian batin antara warga negara dengan tanah airnya.
Pancasila juga merupakan wujud dari konsensus nasional karena negara bangsa Indonesia ini adalah sebuah desain negara modern yang disepakati oleh para pendiri negara Republik Indonesia dengan berdasarkan pancasila. Dengan idiologi nasional yang mantap seluruh dinamika sosial, budaya, dan politik dapat diarahkan untuk menciptakan peluang positif bagi pertumbuhan kesejahteraan bangsa.


        1. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
Pancasila adalah ideologi terbuka” banyak dipahami secara harfiah, yaitu berbagai konsep dari ideologi alin, terutama dari ideologi liberalisme, seperti hak asasi manusia, pasar bebas, mayoritas tunggal, dualisme pemerintahan, serta konsekuensi logis sistem oposisi liberal, tanpa penalaran yang sistematis, nilai-nilai itu dianggap dan diberlakukan sebagai konsep yang inheren dalam ideologi pancasila.
Adanya anggapan umum yang demikian, dapat dipahami karena adanya sebab-sebab sebagai berikut:
      1. Orang yang bersangkutan tidak mau atau belum memahami ideologi pancasila secara memadai.
      2. Kebebasan individu” yang menjadi nilai intrinsik ideologi liberalisme bukannya dipersepsikan sebagai konsep bebas nilai yang identitik dengan konsep yang bersifat objektif universal.
Semua konsep dari suatu ideologi niscanya teralir secara deduktif-logis dari nilai intrinsik ideologi yang bersangkutan. Sebagai contoh, nilai intrinsik ideologi liberalisme adalah kebebasan individu, ideologi komunis adalah hubungan produksi, dan ideologi pancasila adalah kebersamaan. Berkenaan dengan hal tersebut, konsep dari suatu ideologi tidak dapat diberlakukan pada ideologi lain. Bila ini dipaksakan, yang akan terwujud adalah cita-cita dari ideologi lain.
    • Dimensi ideologi terbuka
Dalam pandangan Dr. Alfian, kekuatan suatu ideologi tergantung pada 3 dimensi yang terkandung di dalam dirinya, yaitu:
  1. Dimensi realitas:
Bahwa nilai-nilai dasar di dalam suatu ideologi bersumber dari nilai-nilai ril yang hidup dalam masyarakat yang tertanam dan berakar di dalam masyarkaat, terutama pada waktu ideologi itu lahir.
  1. Dimensi idealisme
Bahwa nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme, bukan angan-angan (utopia), yang memberi harapan tentang masa depan yang lebih baik melalui perwujudanya atau pengamalannya dalam praktik kehidupan bersama sehari-hari dengan berbagai dimensinya.
  1. Dimensi fleksibilitas (pengembangan)
Bahwa ideoligi tersebut memiliki keluwesan yang memungkinkan dan bahkan merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan tentang dirinya, tanpa menghilangkan atau mengingkari hakikat (jati diri) yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya.
    • Arti “Terbuka” dari Ideologi
Arti “terbuka” dari suatu ideologi ditentukan oleh dua hal, pertama bersifat konseptual (struktur ideologi) dan kedua bersifat dinamis (sikap para penganutnya).
  1. Bersifat konseptual, yaitu struktur ideologi
Menurut corbelt, struktur ideologi tersusun oleh pandangan filsafat tentang alam semesta dan manusia (antologi), konsep masyarakat ideal yang dicita-citakan (epistemologi), dan metodologi untuk mencapainya (metode berpikir). Ketiga unsur tersebut akan selalu berhubungan dengan relasi heuristik (relasi inovatif), yaitu apabila pandangan filsafatnya mengenai alam semesta dan manusia bersifat tertutup, maka cita-cita intrinsiknya dengan sendirinya bersifat tertutup, sehingga akan tertutup pula metode berpikirnya.
Strukutur ideollogi adakalanya bersifat tertutup, yaitu apabila:
    • Diantara para penganut atau pendukung terjadi konflik antara kelompok ortodoksi yang dominan dan kelompok progresif yang tertekan dalam menghadapi persoalan perlu tidaknya melakukan penyesuaian ideologis dengan tuntutan kemajuan zaman.
    • Para pendukung ideologi, dalam hal ini yang menyelenggarakan pemerintahan Negara tidak lagi bekerja demi terwujudnay kebersamaan hidup ideal, melainkan telah berubah menjadi demi mempertahankan kekuasaan pemerintahan yang diembannya. Bila hal ini terus dibiarkan, niscaya akan timbul konflik internal dan selanjutnya dapat merebak menjadi konflik terbuka.
  1. Bersifat dinamis, yaitu sikap para penganutnya
Bahwa ideologi yang bersifat abstrak, niacaya membutuhkan subjek pengamalan atau pelaksanaan, yaitu sejumlah penganut atau pendukungyang mengidentifikasi hidupnya dengan ideologi yang dianutnya, menerima kebenarannya berjuang, dan bekerja dengan setia untuknya. Pencapaian kebersamaan hidup ideal membutuhkan perjuangan panjang dari generasi ke generasi dalam sistem sosial yang niscaya bersifat terbuka sejalan dengan perubahan zaman.

    • Gagasan Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
Gagasan pertama mengenai pancasila sebagai ideologi terbuka secara formal ditampilkan sekitar tahun 1985, walaupun semangatnya sendiri sesungguhnya dapa tditelusuri dari pembahasan para pendiri negara para tahun 1945.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan gagasan pancasila sebagai ideologi terbuka, yaitu:
    1. Ideologi pancasila harus mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi zaman yang terus mengalami perubahan. Akan tetapi bukan berarti bahwa nilai dasar pancasila dapat diganti dengan nilai dasar lain atau meniadakan jati diri bangsa Indonesia.
    2. Pancasila sebagai ideologi terbuka mengandung makna bahwa nilai-nilai dasar pancasila dapat dikembangkan sesuai dengan dinamika kehidupan bangsa Indonesia dan tuntutan perkembangan zaman secara kreatif, dengna memperhatikan tingkat kebutuhan dan perkembangan masyarakat Indonesia sendiri.
    3. Sebagai ideologi terbuka, pancasila harus mampu memberikan orentasi ke depan, mengharuskan bangsa Indonesia untuk selalu menyadari situasi kehidupan yang sedang dan akan dihadapinya, terutama menghadapi globalisasi dan keterbukaan.
    4. Ideologi pancasila menghendaki agar bangsa Indonesia tetap bertahan dalam jiwa dan budaya bangsa Indonesia dalam wadah dan ikatan negara kesatuan Republik Indonesia
Dalam pandangan Moerdiono, beberap faktor yang mendorong pemikiran pancasila sebagai ideologi terbuka adalah sebagai berikut:.
  1. Dalam proses pembangunan nasional berencana, dinamika masyarakat Indonesia berkembang amat cepat. Dengan demikian, tidak semua persoalan hidup dapat ditemukan jawabannya secara ideologis dalam pemikiran ideologi-ideologi sebelumnya.
  2. Kenyataan bangkrutnya ideologi tertutup seperti marxisme-leninisme/ komunisme. Dewasa ini kubu komunisme dihadapkan pada pilihan yang amat berat, menjadi suatu ideologi terbuka atau tetap mempertahankan ideologi lama.
  3. Pengalaman sejarah politik kita sendiri dengan pengaruh komunisme sangat penting karena pengaruh ideologi komunisme yang pada dasarnya bersifat tertutup, pancasila pernah merosot menjadi ancaman dogma yang kaku. Pancasila tidak lagi tampil sebagai acuan bersama, melainkan sebagai senjata konseptual untuk menyerang lawan-lawan politik. Kebijakan pemerintah pada saat itu menjadi absolut. Konsekuensinya perbedaan-perbedaan menjadi alasan untuk secara langsung dicap sebagai anti pancasila.
  4. Tekad kita untuk menjadikan pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehdiupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sebagai catatan istilah pancasila sebagai satu-satunya azas telah dicabut berdasarkan ketetapan MPR tahun 1999. namun, pencabutan ini kita artikan sebagai pengembalian fungsi utama pancasila sebagai dasar negara. Dalam kedudukannya sebagai dasar negara, pancasila harus dijadikan jiwa bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama dalam pengembangan pancasila sebagai ideologi terbuka.
PENUTUP
  1. KESIMPULAN
Dari karya ilmiah yang saya buat tadi, dapat kita ambil poin bahwa Pancasila merupakan lima buah asas atau prinsip yang harus dijunjung tinggi kita sebagai bangsa Indonesia. Karena unsur persatuan dapat kita lihat di dalam pancasila, sedangkan kita sebagai negara yang memiliki beragam macam kebudayaan, memang sepantasnya memiliki asas persatuan yang terkandung di dalam Pancasila. Sehingga kita sebagai insan bangsa penerus yang berbudaya, harus juga berdasarkan kepada Pancasila yang adalah ideologi bangsa kita. Sadar sedalam-dalamnya bahwa Pancasila adalah pandangan hidup Bangsa dan Dasar Negara Republik Indonesia serta merasakan bahwa Pancasila adalah sumber kejiwaaan masyarakat dan Negara Republik Indonesia, maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan. Oleh karena itu pengamalannya harus dimulai dari setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara Negara yang secara meluas akan berkembang menjadi pengamalan Pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah.
Dengan demikian Pancasila sebagai pandangan hidup Bangsa dan Dasar Negara Republik Indonesia akan mempunyai arti nyata bagi manusia Indonesia dalam hubungannya dengan kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan.
Untuk itu perlu usaha yang sungguh-sungguh dan terus-menerus serta terpadu demi terlaksananya penghayatan dan pengamalan Pancasila.
Demikianlah manusia dan Bangsa Indonesia menjamin kelestarian dan kelangsungan hidup Negar Republik Indonesia yang merdeka, bersatu dan berkedaulatan rakyat berdasarkan Pancasila, serta penuh gelora membangun masyarakat yang maju, sejahtera, adil dan makmur.

  1. SARAN
Demikianlah makalah berjudul “Membangun bangsa berjiwa pancasila” ini kami buat berdasarkan sumber-sumber yang ada. Kami juga menyadari, masih ada banyak kekurangan di dalam penulisan makalah ini. Sehingga perlulah bagi kami, dari para pembaca untuk memberikan saran yang membantu supaya makalah ini mendekati lebih baik. Atas perhatian Anda semuanya, kami ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:
  1. Astrid S. Susanto Sunario, 1999, Masyarakat Indonesia Memasuki Abad ke Duapuluh Satu, Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud.
  2. Darmodiharjo, Darji dan Shidarta, 1996, Penjabaran Nilai-nilai Pancasila dalam Sistem Hukum Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
  3. Notonagoro, 1974, Pancasila Dasar Falsafah Negara, Jakarta: CV Pantjuran Tudjuh.
Makalah:
  1. A.T. Soegito, 1997, ---------, 2000, Evaluasi Hasil Belajar Matakuliah Pendidikan Pancasila, Semarang: UPT MKU Unnes.
  2. A.T. Soegito, 1997, ---------, 2000, Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia sebagai Titik Tolak Memahami Asal Mula Pancasila, Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas.

INSPIRASI DARI KEPRIBADIAN BANGSA TIMUR


Kesusastraan Yang TersimpanDalam Konsep Ilmu Budaya Dasar
Oleh : Fahrorozi
Universutas Gunadarma


 Apakah yang di maksud kesusastraan dalam ilmu budaya dasar? Adakah yang bias kita ambil dari kesusastraan ini? Mari baca lebih lanjut untuk mengetahuinya,…

budayaPendekatan Kesusastraan

Hampir di setiap zaman, seni termasuk sastra memegang peranan yang penting dalam the humanities. Ini terjadi karena seni merupakan ekspresi nilai-nilai kemanusiaan, dan bukannya formulasi nilai-nilai kemanusiaan yang terdapat dalam filsafat atau agama. Karena seni adalah ekspresi yang sifatnya tidak normatif, seni lebih mudah berkomunikasi, dan nilai-nilai yang disampaikannya lebih fleksibel, baik isinya maupun cara penyampaiannya.
Sastra mempunyai peranan yang lebih penting, karena sastra mempergunakan bahasa. Bahasa juga mempunyai kemampuan untuk menampung hampir semua pernyataan kegiatan manusia. Dalam usahanya untuk memahami dirinya sendiri, yang kemudian melahirkan filsafat, manusia mempergunakan bahasa. Dalam usahanya untuk memahami alam semesta, yang kemudian melahirkan ilmu pengetahuan, manusia mempergunakan bahasa. Dengan demikian manusia dengan bahasa pada hakekatnya adalah satu.
Sastra juga mempermudah komunikasi, karena karya sastra adalah penjabaran abstraksi. Sementara itu, filsafat yang juga mempergunakan bahasa adalah abstraksi. Cinta kasih, kebahagiaan, kebebasan yang digarap oleh filsafat adalah abstrak.
Sastra juga didukung oleh cerita. Dengan cerita orang lebih mudah tertarik, dan dengan cerita orang lebih mudah mengemukakan gagasan-gagasannya dalam bentuk yang tidak normatif.
Ilmu Budaya Dasar tidak dimaksudkan untuk mendidik ahli-ahli dalam satu bidang keahlian yang termasuk di dalam pengetahuan budaya (The Humanities). Akan tetapi semata-mata sebagai salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikal terhadap nilai-nilai budaya. Sastra digunakan sebagai alat untuk membahas masalah-masalah kemanusiaan, yang membantu kita untuk menjadi lebih humanus.
Ilmu Budaya Dasar Yang Dihubungkan Dengan Prosa
Dalam bahasa Indonesia prosa sering diterjemahkan menjadi cerita rekaan dan didefinisikan sebagai bentuk cerita atau prosa kisahan, yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa, dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi. Istilah cerita rekaan umumnya dipakai untuk roman, novel, atau cerita pendek.
Dalam kesusastraan Indonesia kita mengenal jenis prosa lama dan prosa baru.
1. Prosa Lama, adalah prosa bahasa Indonesia yang belum dipengaruhi oleh budaya barat. Prosa Lama meliputi :
  • Dongeng
  • Hikayat
  • Sejarah
  • Epos
  • Cerita pelipur lara
2. Prosa Baru adalah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apapun. Prosa Baru meliputi :
  • Cerita pendek
  • Roman / novel
  • Biografi
  • Kisah
  • Otobiografi
Komponen dalam Prosa Lama adalah sebagai berikut :
  • Pantun : bentuk puisi yang terdiri atas 4 baris yang bersajak bersilih dua-dua (ab-ab).
  • Gurindam : puisi Melayu lama yang terdiri dari dua larik (baris), mempunyai irama akhir yang sama dan merupakan satu kesatuan yang utuh.
  • Mantera : merupakan salah satu genra puisi Melayu tradisional yang diwarisi sejak zaman primitif, prasejarah dan animisme.
  • Talibun : sejenis puisi lama seperti pantun karena mempunyai sampiran dan isi, tetapi lebih dari 4 baris ( mulai dari 6 baris hingga 20 baris).
  • Sage : cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan keberanian, kepahlawanan, kesaktian dan keajaiban seseorang.
Komponen dalam Prosa Baru adalah sebagai berikut :
  • Novel : sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa italia novella yang berarti “sebuah kisah, sepotong berita”.
  • Biografi : kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Sebuah biografi lebih kompleks daripada sekedar daftar tanggal lahir atau mati dan data-data pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut.
  • Cerpen : cerita yang berbentuk naratif. Jadi cerpen bukan argumentasi atau analisa atau deskripsi.
  • Drama : salah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor. Kosakata ini berasal dari bahasa yunani yang berarti “aksi”, “perbuatan”.
  • Soneta : salah satu bentuk sastra baru yang berasal dari Italia. Soneta masuk kedalam sastra Indonesia baru.
Nilai-Nilai Dalam Prosa Fiksi
Prosa Fiksi adalah kisahan atau ceritera yang diemban oleh palaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian ceritera tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu ceritera.
Dalam membaca prosa fiksi seperti novel atau cerita pendek, pasti dapat ditemukan beberapa nilai, diantaranya :
1. Prosa fiksi memberikan kesenangan
Keistimewaan atau kesenangan yang diperoleh dari membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan pengalaman seperti menagalami peristiwa itu sendiri.
2. Prosa fiksi memberikan informasi
Fiksi memberikan sejenis informasi yang tidak terdapat di dalam ensiklopedi.
3. Prosa fiksi memberikan warisan kultural
Prosa fiksi dapat menstimulasi imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya dari warisan budaya bangsa.
4. Prosa memberikan keseimbangan wawasan
Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesempatan untuk memilih respon-respon emosional atau rangsangan aksi yang mungkin sangat berbeda dari apa yang disajikan dalam kehidupan sendiri.
Dari banyak memperoleh pengalaman sastra, pembaca akan terbentuk keseimbangan wawasannya, terutama di dalam menghadapi kenyataan-kenyataan diluar dirinya yang mungkin sangat berlainan dari pribadinya.
Berkenaan dengan moral, karya sastra dibagi dua, yaitu karya sastra yang menyuarakan aspirasi zamannya, dan karya sastra yang menyuarakan gejolak zamannya.
Karya sastra yang menyuarakan aspirasi zamannya mengajak pembaca untuk mengikuti apa yang dikehendaki zamannya. Sedangkan karya sastra yang menyuarakan gejolak zamannya, biasanya tidak mengajak pembaca untuk melakukan sesuatu, akan tetapi untuk merenung.
Adapun beberapa contoh karya sastra adalah : Mahabrata dan Ramayana, Hikayat Hang Tuah, dan Layar Terkembang.
Ilmu Budaya Yang Dihubungkan Dengan Puisi
Puisi termasuk seni sastra, sedangkan satra bagian dari kesenian, dan kesenian adalah cabang unsur kebudayaan. Kalau diberi batasan, puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui media bahasa yang asrtistik, estetik, yang secara padu dan utuh dipadatkan kata-katanya.
Kepuitisan, keartistikan, atau keestetikaan bahasa puisi disebabkan oleh kreativitas penyair dalam membangun puisinya dengan menggunakan :
  • Figura bahasa
  • Kata-kata yang ambiquitas
  • Kata-kata berjiwa
  • Kata-kata yang konotatif, dan
  • Pengulangan
Dibalik kata-katanya yang padat, ekonomis, dan sukar dicerna maknanya itu, puisi berisi tentang potret kehidupan manusia. Puisi merupakan hasil penghayatan dan pengalaman penyair terhadap kehidupan manusia, terhadap alam dan Tuhan yang diekspresikannya melalui bahasa yang asrtistik.
Adapun alasan-alasan yang mendasari penyajian puisi pada Ilmu Budaya Dasar adalah sebagai berikut :
  • Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia
Perekaman dan penyampaian pengalaman dalam sastra puisi disebut ” pengalaman perwakilan “. Ini berarti bahwa manusia senantiasa ingin memiliki salah satu kebutuhan dasarnya untuk lebih menghidupkan pengalaman hidupnya dari sekedar sekumpulan pengalaman langsung yang terbatas.
Pendekatan terhadap pengalaman perwakilan itu dapat dilakukan dengan suatu kemampuan yang disebut “imaginative entry”, yaitu kemampuan menghubungkan pengalaman hidup sendiri dengan pengalaman yang dituangkan penyair dalam puisinya.
  • Puisi dan keinsyafan / kesadaran individual
Dengan membaca puisi kita diajak untuk dapat menjenguk hati / pikiran manusia, baik orang lain maupun diri sendiri. Karena melalui puisinya penyair menunjukkan kepada pembaca bagian lain dalam hati manusia, dan menjelaskan pengalaman setiap orang.
  • Puisi dan keinsyafan sosial
Puisi juga memberikan kepada manusia tentang pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial, yang terlibat dalam issue dan problem sosial. Secara imaginatif, puisi dapat menafsirkan situasi dasar manusia sosial yang bisa berupa :
  1. Penderitaan atas ketidakadilan
  2. Perjuangan untuk kekuasaaan
  3. Konflik dengan sesamanya
  4. Pemberontakan terhadap hukum Tuhan
Puisi pada umumnya sarat akan nilai-nilai etika, estetika juga kemanusiaan. Salah satu nilai kemanusiaan yang banyak mewarnai puisi adalah cinta kasih.

Sumber : 
e-Learning Universitas Gunadarma
 http://www.emonskyline.co.cc/2010/03/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management