Oleh : Fahrorozi
Pengertian Penalaran
Penalaran adalah proses berfikir yang bertolak dari pengamatan indera yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan berbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui dan dianggap benar orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya belum diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Proposisi
Proposisi adalah apa yang dihasilkan dengan mengucap suatu kalimat. Dengan kata lain, hal ini merupakan arti dari kalimat itu, dan bukan dari kalimat itu sendiri. Kalimat yang beda dapat mengekpresikan proposisi yang sama, jika artinya sama.
Proposisi disebut juga " tempat kebenaran " bukan bahwa proposisi itu selalu benar melainkan karena hubungan yang di akui atau diingkarinya itu dapat di uji dengan kenyataan, dan hasilnya pun dapat benar dan dapat salah.
Unsur-unsur proposisi :
Term subyek : hal yang bertentangan dengan pengakuan dan pengingkaran yang ditujukan.
Term predikat : apa yang di akui dan diingkari tentang subyek.
Kopula : penghubung (adalah, bukan / tidak) antara term subyek dan term predikat, dan sekaligus member bentuk (pengakuan atau pengingkaran) dari hubungan itu.
Setiap proposisi mengandung ketiga unsur tersebut. Itu sebabnya setiap proposisi selalu berupa kalimat, meskipun tidak setiap kalimat adalah proposisi.
Dalam logika sebuah kalimat adalah proposisi apabila isi kalimat tersebut sanggup dapat bernilai salah atau benar = kalimat berita (informatif).
Inferensi dan Implikasi
Metode inferensi adalah mekanisme berfikir dan pola-pola penalaran yang digunakan untuk mencapai suatu kesimpulan. Metode ini akan menganalisa masalah tertentu dan selanjutnya akan mencari jawaban atau kesimpulan yang terbaik. Penalaran dimulai dengan mencocokkan kaidah-kaidah dalam basis pengetahuan dengan fakta-fakta yang ada.
Metode Implikasi adalah pernyataan majemuk yang menggunakan kata hubung "jika... maka..", dengan penyataan bersyarat, kondisional atau hypothesical.
Wujud Evidensi
Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentatif adalah evidensi. Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi atau autoritas dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk mencapai suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan dalam evidensi tidak boleh di campur adukkan dengan apa yang dikenal dengan penegasan dan pernyataan. Pernyataan tidak berpengaruh apa-apa terhadap evidensi , ia hanya sekedar menegaskan apakah suatu fakta itu benar atau tidak. Fakta adalah sesuatu yang sesungguhnya terjadi , dan sesuatu yang nyata.
Cara menguji Data
Cara Menguji Data
Supaya data dan informasi dapat dipergunakan dalam penalaran data dan informasi itu harus merupaka fakta. Dibawah ini merupak cara untuk pengujian data.
Obervasi
Fakta yang diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan seseorang pengarang atau penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat mengunakan sebaik – baiknya dalam usaha meyakinkan para pembaca, maka kadang – kadang pengarang merasa perlu untuk mengadakan peninjauan atau obervasi singkat untuk mengecek data atau informasi itu.
2. Kesaksian
Keharusan menguji data dan informasi, tidak harus selalu dilakuan dengan obervasi. Kadang sangat sulit untuk mengaharuskan seorang mengadakan obervasi atas obyek yang akan dibicarakan.
3. Autoritas
Cara ketiga untuk menguji fakta dalam usaha menyusun evidensi adalah meminta pendapat dari suatu otoritas, yakin dari pendapat seorang ahli, atau mereka yang menyelidiki fakta dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian,menilai semua fakta kemudian memberikan pendapat mereka sesuai dengan keahlian mereka dalam bidang itu.
Cara Menguji fakta
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penelitian, apakah data” atau informasi itu merupakan kenyataan atau hal yang sunguh – sunguh terjadi.
Konsistensi: Dasar pertama yang dipakai untuk mengatakan fakta mana yang akan dipakai sebagai evidensi adalahkonsistenan.
Koharensi: Dasar kedua yang bisa dipakai untuk mungji fakta yang dapat diperguanakan sebagai evidenis adalah masalahkoharensi. Semua fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus pula khoren dengan pengalam manusia, atau sesuai dengan pandangan atau sikap yang berlaku.
Cara Menilai Autoritas
Seorang penulis yang baik dan obyektif selalu akan menghindari semua desas – desus, atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja, atau pendapat yang sunguh – sunguh didasarkan atas penelitian atau data – data eksperimental. Untuk menilai suatu autoritas, penulis dapat memeilih beberapa pokok berikut.
Tidak Mengandung Prasangka
Dasar pertama yang perlu diketahui oleh penulis adalah bahwa pendapat autoritas sama sekali tidak boleh mengandung prasangka, pendapat itu disusun oleh beradasarkan penelitian yang dilakukan oleh ahli itu sendiri, atau berdasarkan pada hasil – hasil eksperimental yang dilakukannya.
2. Pengalam dan Pendidikan Autoritas
Dasar kedua yang harus diperhitungkan penulis untuk menilai pendapat suatu auoriatas adalah menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan awal.
3. Kemashuran dan Presite
Faktor ketiga yang harus diperhatikan oleh penulis untuk menilai autoritas adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas itu hanya sekedar bersembunyi dibalik kemasruhan dan prestise pribadi dibidang lain.
4. Khorensi dengan Kemajuan
Hal yang keempat yang perlu diperhatikan penulis argimentasi adalah apakah pendapat yang diberkan autoritas itu sejalan dengan perkembangan dan kemajuan jaman, atau khoren dengan pendapat atau sikap terakhir dalam bidang itu.
Sumber : Wikipedia, optimis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar