Tata Cara Penulisan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Berikut ini ringkasan pedoman umum penulisan kata:
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Saya
percaya bahwa dia tahu apa yang kita bisarakan.
Kata turunan (lihat pula penjabaran di bagian kata turunan)
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) di tulis serangkai dengan
kata dasar. Contohnya: bergeletar, dikelola [1].
Jika kata dasar berbentuk gabungan kata, awalan atau akhiran
ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Tanda
hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: bertepuk tangan, garis
bawahi.
Jika kata dasar berbentuk gabungan kata mendapat awalan dan
akhiran sekaligus, unsur gabungan ditulis serangkai. Tanda penghubung boleh
digunakan untuk memperjelas. Contohnya: menggarisbawahi, melipatgandakan.
Jika salah satu unsur gabungan hanya dipakai dalam
kombinasi, gabungan kata ditulis serangkai. Contoh: adipati, mancanegara.
Jika kata dasar huruf awalnya adalah huruf kapital,
diselipkan tanda hubung. Contoh: non-Indonesia.
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda
hubung, baik yang berarti tunggal (lumba-lumba, kupu-kupu), jamak (anak-anak,
buku-buku), maupun yang berbentuk berubah beraturan (centang-perenang, sayur
mayur).
Gabungan kata atau kata majemuk
Gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah.
Contoh: duta besar, orang tua, ibu kota, sepak bola.
Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin
menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk
menegaskan pertalian. Contoh: alat pandang-dengar, anak-istri saya.
Bebarapa gabungan kata yang sudah lazim dapat ditulis
serangkai. Lihat bagian gabungan kata yang ditulis serangkai.
Kata ganti (kau-, ku-, -ku, -mu, -nya) ditulis serangkai.
Contoh: kumiliki, kubawa, pensilmu, karenanya.
Kata depan atau preposisi (di[1], ke,dari) ditulis terpisah,
kecuali yang sudah lazim seperti kepada, daripada, keluar, kemari,dll. Contoh:
di dalam, ke tengah, dari jakarta.
Artikel si dan sang ditulis terpisah. Contoh: sang harimau
marang kepada si kancil.
Partikel
Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai. Contoh:
minumlah, berapakah, apatah.
Partikel –pun ditulis terpisah, kecuali yang lazim dianggap
padu seperti adapun, bagaimanapun,dll. Contoh: apa pun, sekali pun.
Partikel per- yang berarti “mulai”, “diem”, dan “tiap”
ditulis terpisah. Contoh: per helai, per 15 Mei.
Singkatan dan akromin. Lihat Wikipedia: Pedoman penulisan
singkatan dan akromin.
Angka dan bilangan. Lihat Wikipedia: Pedoman penulisan
tanggal dan angka.
Kata turunan
Secara umum, pembentukan kata turunan dengan imbuhan
mengikuti aturan penulisan kata yang ada di bagian sebelumnya. Berikut adalah
beberapa informasi tambahan untuk melengkapi aturan tersebut.
Jenis imbuhan
Jenis imbuhan dalam bahasa indonesia dapat dikelompokkan
menjadi:
Imbuhan sederhana; hanya terdiri dari salah satu awalan atau
akhiran.
Awalan: me-, ber-, di-, ter-, ke-, pe-, per-, dan se-
Akhiran: -kan, -an, -i, -lah, dan –nya
Imbuhan gabungan; gabungan dari lebih dari satu awalan atau
akhiran.
Ber-an dan ber-i
Di-kan dan di-i
Diper-an dan diper-i
Ke-an dan ke-i
Me-kan dan me-i
Memper-kan dan memper-i
Pe-an dan pe-i
Per-an dan per-i
Se-nya
Ter-kan dan ter-i
Imbuhan spesifik; digunakan untuk kata-kata tertentu
(serapan asing).
Akhiran : -man, -wan, -wati, dan –ita
Sisipan : -in, -em, -el, dan –er.
Awalan
me-
Pembentukan dengan awalan me- memiliki aturan sebagai
berikut:
tetap, jika huruf pertama kata dasar adalah l, m, n, q, r,
atau w. Contoh: me- + luluh → meluluh, me- + makan → memakan.
me- → mem-, jika huruf pertama kata dasar adalah b, f, p*,
atau v. Contoh: me- + baca → membaca, me- + pukul → memukul*, me- + vonis →
memvonis, me- + fasilitas + i → memfasilitasi.
me- → men-, jika huruf pertama kata dasar adalah c, d, j,
atau t*. Contoh: me- + datang → mendatang, me- + tiup → meniup*.
me- → meng-, jika huruf pertama kata dasar adalah huruf
vokal, k*, g, h. Contoh: me- + kikis → mengikis*, me- + gotong → menggotong,
me- + hias → menghias.
me- → menge-, jika kata dasar hanya satu suku kata. Contoh:
me- + bom → mengebom, me- + tik → mengetik, me- + klik → mengeklik.
me- → meny-, jika huruf pertama adalah s*. Contoh: me- +
sapu → menyapu*.
Huruf dengan tanda * memiliki sifat-sifat khusus:
Dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf vokal.
Contoh: me- + tipu → menipu, me- + sapu → menyapu, me- + kira → mengira.
Tidak dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf
konsonan. Contoh: me- + klarifikasi → mengklarifikasi.
Tidak dilebur jika kata dasar merupakan kata asing yang
belum diserap secara sempurna. Contoh: me- + konversi → mengkonversi.
Aturan khusus
Ada beberapa aturan khusus pembentukan kata turunan, yaitu:
ber- + kerja → bekerja (huruf r dihilangkan)
ber- + ajar → belajar (huruf r digantikan l)
Konsensus penggunaan kata
Tiongkok dan tionghoa
Cina adalah bentuk dan penggunaan baku menurut KBBI. Ada
himbauan untuk menghindari kata ini atas pertimbangan kesensitifan penafsiran.
Sebagai alternatifnya diusulkan menggunakan kata “China”. Ini sebuah argumen
yang tidak bisa didiskripsikan dan dijelaskan secara ilmiah bahasa, apalagi
bunyi ujaran “China” – “Cina” adalah hampir sama (China dibaca dengan ejaan
Inggris). Padanan untuk kata Cina yaitu Tiongkok (negara), Tionghoa (bahasa dan
orang).
Mayat dan mati
mati: hindari penggunaannya dalam penulisan biografi.
Gunakan kata wafat, meninggal, gugur, atau tewas (tergantung konteks).
* mayat: hindari penggunaannya dalam penulisan biografi. Gunakan kata jasad atau jenazah.
* mayat: hindari penggunaannya dalam penulisan biografi. Gunakan kata jasad atau jenazah.
Pranala ke situs luar
Sebisa mungkin hindari penggunaan kalimat seperti “Untuk
informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi situs ini.” pada artikel yang belum
lengkap. Sebaiknya pranala ke situs tersebut dimasukkan ke bagian Pranala luar
dan menambahkan Templat:Stub dengan mengetik:
{{stub}}
atau
{{rintisan}}
di bagian akhir artikel.
Penggunaan “di mana” sebagai penghubung dua klausa
Untuk menghubungkan dua klausa tidak sederajat, bahasa
Indonesia TIDAK mengenal bentuk “di mana” (padanan dalam bahasa Inggris adalah
“who”, “whom”, “which”, atau “where”) atau variasinya (“dalam mana”, dengan
mana”, dan sebagainya). Penggunaan “di mana” sebagai kata penghubung sangat
sering terjadi pada penerjemahan naskah dari bahasa-bahasa Indo-Eropa ke bahasa
Indonesia. Pada dasarnya, bahasa Indonesia hanya mengenal kata “yang” sebagai
kata penghubung untuk kepentingan itu dan penggunaannya pun terbatas. Dengan
demikian, HINDARI PENGGUNAAN BENTUK “DI MANA”, apalagi “dimana”, termasuk dalam
penulisan keterangan rumus matematika. Sebenarnya selalu dapat dicari struktur
yang sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia.
Contoh-contoh:
Dari artikel Kantin: … kantine adalah sebuah ruangan dalam sebuah gedung umum di mana para pengunjung dapat makan … .
Dari artikel Kantin: … kantine adalah sebuah ruangan dalam sebuah gedung umum di mana para pengunjung dapat makan … .
Usul perbaikan: … kantine adalah sebuah ruangan di dalam
sebuah gedung umum yang dapat digunakan (oleh) pengunjungnya untuk makan … .
Dari artikel Tegangan permukaan: Teganganpermukaan = F / L
dimana :
F = gaya (newton)
L = panjang m).[sic]
L = panjang m).[sic]
Usul perbaikan: Apabila F = gaya (newton) dan L = panjang
(m), tegangan permukaan S dapat ditulis sebagai S = F / L.
Di sini tampak bahwa “apabila” menggantikan posisi “di mana”
(ditulis di kalimat asli sebagai “dimana”).
c) Dari kalimat bahasa Inggris: Land which is to be planted
only with rice … .
Usul terjemahan: Lahan yang akan ditanami padi saja … .
Contoh-contoh lain silakan ditambahkan.
Kata penghubung “sedangkan”
Kesalahan penggunaan kata penghubung yang juga sering kali
terjadi adalah yang melibatkan kata “sedangkan”. “Sedangkan” adalah kata
penghubung dua klausa berderajat sama, sama seperti “dan”, “atau”, serta
“sementara”. Dengan demikian secara tata bahasa ia TIDAK PERNAH bisa mengawali
suatu kalimat (tentu saja lain halnya dalam susastra!). Namun justru di sini
sering terjadi kesalahan dalam penggunaannya. “Sedangkan” digunakan untuk
mengawali kalimat, padahal untuk posisi itu dapat dipakai kata “sementara itu”.
Contoh: Dari harian Jawa Pos:
“Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini,
6.208.951 pemilih terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap). Sedangkan jumlah
total TPS se-Banten ada 12.849.”
Usulan perbaikan 1:
“Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini ada
6.208.951 pemilih terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap) sedangkan jumlah
total TPS se-Banten ada 12.849.”
Usulan perbaikan 2:
“Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini ada
6.208.951 pemilih terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap). Sementara itu,
jumlah total TPS se-Banten ada 12.849.”
Daftar kata
Untuk daftar yang lebih lengkap, lihat pula halaman
utamanya.
Gabungan kata yang ditulis serangkai
Acapkali
Adakalanya
Akhirulkalam
Alhamdulillah
Astagfirullah
Bagaimana
Barangkali
Bilamana
Bismillah
Beasiswa
Belasungkawa
Bumiputra
Daripada
Darmabakti
Darmasiswa
Dll.
Kata yang sering salah dieja
Daftar ini disusun menurut urutan abjad. Kata pertama adalah
kata baku menurut KBBI (kecuali ada keterangan lain) dan dianjurkan digunakan,
sedangkan kata-kata selanjutnya adalah variasi ejaan lain yang kadang-kadang
juga digunakan.
aktif, aktip
aktivitas, aktivitas
alquran, al-Qur’an, Al-Qur’an, al Qur’an, Al Qur’an (maupun
tanpa ['])
analisis, analisa.
Anda, anda
apotek, apotik (ingat: apoteker, bukan apotiker)
asas, azas
atlet, atlit (ingat: atletik, bukan atlitik)
bus, bis
besok, esok
Dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar